Jakarta (ANTARA News) - Kepercayaan terhadap supranatural yang sudah ada sejak masa lalu, hingga kini masih mempengaruhi pemikiran masyarakat. Akibatnya, muncul fenomena mengkultuskan sosok spiritual yang dianggap memiliki kesaktian.


"Itu yang mewarnai masyarakat kita, bangsa kita di seluruh strata sosial, sehebat apa pun orang itu masih percaya (dengan sosok spiritual)," kata sosiolog Musni Umar saat dihubungi ANTARA News, Sabtu.


Menurut Wakil Rektor I Universitas Ibn Chaldun ini, masih banyak orang yang ingin punya kedudukan tinggi dan posisi penting di masyarakat, pergi ke "orang sakti" untuk meramalkan apa yang akan terjadi.


"Kejadian seperti ini tidak hanya diamalkan di negara yang seperti Indonesia, tapi negara maju juga masih percaya hal gaib," tutur dia.


Sosok seperti Taat Pribadi dari padepokan Dimas Kanjeng yang dipercaya para murid dapat menggandakan uang merupakan akibat dari perubahan masyarakat Indonesia yang menjadi hedonis, lanjutnya.


"Saat ini, seseorang dihormati bukan karena ilmu atau dedikasinya, tetapi karena harta yang dimilikinya."


“Itu yang membuat kenapa masyarakat kelas bawah banyak yang ikut ke situ dengan mengorbankan harta yang mereka miliki dengan harapan bisa memperoleh kekayaan berlimpah agar menjadi orang yang dihormati di lingkungan masing-masing,” katanya.


Selain itu, masyarakat saat ini ingin serba instan, termasuk cepat menjadi kaya tanpa proses serta kurang pendidikan dan kurang iman.


“Dia mengamalkan sim salabim,” katanya.


Musni mengemukakan kunci untuk menghentikan perilaku yang tidak benar seperti itu dimulai dari pendidikan keluarga serta adanya

keterampilan dan kemauan untuk bekerja keras.


"Ilmu, semangat tinggi, dan kerja keras akan memperbaiki keadaan."

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016