"Mereka melakukan terapi massal bagi para korban dari mulai anak-anak, perempuan hingga bapak-bapak," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari Gunawan kepada wartawan di Garut, Jumat.
Ia menuturkan psikolog itu dari Universitas Padjajaran dan Universitas Jenderal Ahmad Yani kerja sama dengan Biro Konsultasi Psikologi Westaria Bandung.
Mereka, kata Diah, mendatangi empat lokasi pos pengungsian yakni di Rumah Susun di Kecamatan Cilawu, daerah terdampak banjir Kelurahan Pakuwon, Cijambe Desa Sindanglaya, dan Pos pengungsian di Gedung Islamic Centre.
"Mereka mendatangi setiap posko pengungsian untuk memberi motivasi semangat hidup dan menghilangkan trauma," katanya.
Ia menyampaikan banjir bandang luapan Sungai Cimanuk itu telah menenggelamkan banyak rumah dan korban jiwa.
Akibatnya, menurut dia, menyisakan trauma bagi warga korban banjir yang selamat dan tinggal di pengungsian maupun di lokasi terdampak banjir.
"Banjirnya kan luar biasa, pastinya para korban trauma, hanya skalanya ada yang ringan dan ada yang berat," katanya.
Ia menyampaikan hasil terapi itu diketahui banyak warga khususnya anak-anak yang takut dengan air.
Menurut dia trauma yang menunjukan rasa takut itu butuh pemulihan dengan melakukan terapi agar korban dapat kembali menjalani hidup secara normal.
"Memang tidak mudah menerima kenyataan ini, makanya kita bantu dengan menurunkan psikolog untuk meringankan beban psikologis mereka," katanya.
Bencana banjir bandang luapan Sungai Cimanuk terjadi, Selasa (20/9) menyebabkan pemukiman penduduk dan fasilitas umum terendam banjir.
Selain itu, banjir telah menyebabkan 34 orang meninggal dunia dan 19 orang dilaporkan hilang.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016