Pertama, usahakanlah konten yang dihadirkan konsisten. Menurut dia, saat seseorang melihat satu channel di YouTube dan menyukai salah satu video di channel itu, maka otomatis dia akan mencari video lain diluncurkan melalui saluran itu.
"Begitu melihat tema yang konsisten maka akan timbul keinginan untuk men-subscribe channel itu. Syukur-syukur dia akan akan membagi video dari channel itu," ujar dia dalam diskusi di Jakarta, Kamis.
Selain itu, pertimbangkanlah waktu saat mengunggah sebuah video. Unggahan video muncul di channel di waktu yang selalu sama layaknya program televisi, memungkinkan penonton meng-klik tombol subsribe.
"Kalau (video) diposting di jam dan hari yang selalu sama, seperti halnya program televisi, sehingga terbentuklah kebiasaan penonton baru, sehingga mereka men-subscribe," kata dia. Kedua, perhatikan relevansi dan kedekatan dengan pemirsa Anda (proximity).
Menurut dia, orang-orang cenderung mencari konten video yang menggambarkan dirinya. Video yang mewakili perasaan atau pribadi penonton memiliki kemungkinan lebih besar disukai. "Video harus mewakili "saya" banget.
"Mukidi misalnya, yang populer di kalangan usia 30 tahun ke atas, karena (kontennya) tidak memakai kata-kata kotor, sehingga cepat tersebar di Facebook dan media sosial lainnya," tutur Dennis.
Ketiga, bangunlah pemirsa anda, misalnya dengan menyediakan kolom komen dalam channel anda. Terakhir, lakukanlah kolaborasi dengan kreator video lainnya. "Pembuat konten memiliki teman-teman yang punya channel dengan membawa teman-temannya.
Misalnya A feat B dan C. Massa dari tiga kreator berkumpul (dalam saluran itu), penasaran dengan kolaborasi mereka," kata dia.
Pewarta: LiacSantosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016