Jakarta (ANTARA News) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kota Kinabalu mengimbau para warga negara Indonesia (WNI) yang berada di wilayah perbatasan antara Sabah dengan Filipina selatan untuk menghindari tempat-tempat rawan dan mengutamakan keselamatan.
"Semua WNI yang bekerja di sekitar perbatasan Sabah dengan Filipina Selatan diimbau agar menghindari wilayah yang rawan penculikan, terlebih pada malam hari," kata Konjen RI Kota Kinabalu, Akhmad DH. Irfan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Imbauan tersebut disampaikan oleh Konjen Akhmad DH. Irfan saat memberikan pengarahan kepada 115 orang guru yang baru tiba di Sabah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengirim 115 orang guru baru ke Malaysia, yang akan bertugas mengajar dan mendidik anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) di Sabah.
Para guru tersebut akan ditempatkan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Pusat Pembelajaran Komunitas (Community Learning Center/CLC) dan di Pusat Belajar Humana.
Para guru tersebut merupakan guru yang dikirim dari Indonesia pada tahap ke-7 yang akan bertugas sesuai kontrak selama dua tahun.
Menurut KJRI Kota Kinabalu, sejauh ini jumlah guru yang siap mengajar anak-anak TKI di Malaysia adalah 746 orang.
"Seluruh guru ini melayani siswa SIKK dan CLC berjumlah total 13.767 siswa dan sekitar 10.000 siswa Humana, sehingga total siawa yang diajar 23.767 orang," ujar Konjen Akhmad.
Pada saat memberikan pengarahan, Konjen RI mengimbau para guru yang bertugas di sekitar perairan perbatasan antara Sabah dan Filipina Selatan untuk berhati-hati dan mengutamakan keselamatan diri.
Para guru juga diimbau agar mematuhi hukum yang berlaku dan kebiasaan atau adat istiadat setempat.
Eky Rahmah (28), salah seorang guru asal Tangerang, mengaku gembira dapat bertugas di Sabah untuk mendidik anak-anak TKI.
"Saya siap menghadapi apapun kondisi medan tugas. Saya sudah mendapatkan informasi tentang lingkungan sekolah yang menjadi tempat saya bertugas, dan itu tidak membuat saya mundur," kata Eky.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016