Jakarta (ANTARA News) - Berbagai masalah merudung pengemudi ojek online mulai dari kesulitan mendapatkan penumpang hingga sepinya bonus.
Hal ini salah satunya dikeluhkan pengemudi Grabbike asal Bogor, R (27). Dia mengatakan, kesempatan bekerja di perusahaan yang tetap dibuka, juga menjadi sebab dirinya kesulitan mendapatkan penumpang.
"Tarif yang sekarang juga ada beberapa penumpang yang beralih ke uber. Grab Rp 1500/km, ditambah tiap bulan lowongan Grabbike terus dibuka. Jadi semakin susah cari penumpang," kata dia kepada ANTARA News melalui pesan singkatnya, Rabu.
"Tarif sudah segitu murahnya masih dibilang mahal bagi sebagian orang karena beralih ke Uber. Apalagi Gojek kali ya, Rp 2500/km," imbuh R yang baru sebulan bergabung di Grab itu.
Hal senada diungkapkan pengemudi Grabbike lainnya, G. Pria yang bekerja dalam tim marketing sebuah perusahaan di kawasan Jakarta Selatan itu dalam sehari baru bisa mendapatkan empat penumpang.
"Sekarang susah cari penumpang. Saya dari pagi sampai sore ini (15.30 WIB) baru dapat empat orang. Ini gara-gara perusahaan menerima driver baru terus," ujar dia saat ditemui di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
G mengaku tak masalah dengan tarif yang perusahaan berlakukan saat ini. Dia hanya berharap perusahaan menghentikan penerimaan pengemudi baru.
"Biasanya sehari bisa 20-an penumpang. Tetapi lama-lama semakin susah. Sudah muter-muter enggak dapat penumpang juga. Akhirnya teman-teman nongkrong saja di satu tempat daripada muter-muter terus ngabisin bensin," tutur G.
Sementara itu, pengemudi Gojek, K memiliki masalah lain. Alih-alih sepi penumpang, dia justru mengeluh sulitnya mendapatkan bonus, terlebih bila penumpang melakukan pembatalan pesanan.
"Di bawah lima kilometer kita biasanya dapat satu poin, kalau di atas itu bisa dapat dua poin. Tetapi kalau enggak ngambil penumpang poinnya bisa berkurang banyak. Poin kalau sudah dapat 10 baru bisa dapat bonus Rp 20 ribu," ujar K saat ditemui di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda, pengamat transportasi kota, Azas Tigor menuturkan berbagai peraturan yang diberlakukan untuk ojek online, semisal tarif, semata hak penuh perusahaan yang bersangkutan. Padahal, seharusnya penentuan tarif dilakukan operator angkutan umum.
"Tarif itu harusnya yang menentukan operator angkutan umum. Nah Gojek atau Grab kan perusahaan teknologi, bukan operator angkutan umum," kata Azas melalui pesan singkatnya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016