Bandung (ANTARA News) - Perhelatan olahraga empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX yang dihelat di Provinsi Jawa Barat dalam dua hari lagi akan berakhir.
Kendati demikian, kobaran api PON XIX dan Peparnas XV di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) yang telah dibawa mengelilingi sejumlah kota dan kabupaten di provinsi itu tidak akan padam begitu saja setelah seluruh pertandingan usai.
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Begitu juga dengan semangat untuk berkompetisi yang akan bersambungan dengan acara Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XV yang akan digelar di Kota Bandung pada 15-24 Oktober 2016.
Prestasi demi prestasi yang diraih para atlet dalam PON XIX ternyata juga menjadi bahan bakar bagi atlet paralimpiade untuk bisa menorehkan prestasi bagi daerahnya masing-masing.
Latihan dan karantina pun telah dijalani oleh sejumlah atlet difabel yang akan berlaga pada Peparnas XV.
Para atlet Peparnas XV asal Jawa Barat telah diinapkan di salah satu hotel di Bandung untuk mendapatkan pelatihan dan bimbingan sebelum mengikuti kompetisi.
ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Contohnya, atlet Peparnas XV untuk cabang olahraga voli duduk, Anissa Tindy Lestary (26), yang baru bergabung dengan olahraga itu sejak Agustus 2016.
Sebelumnya Ica, sapaan akrab Anissa, merupakan atlet voli ruangan putri yang pernah membela Bandung Tectona.
Namun karena kecelakaan kendaraan roda dua yang dialaminya saat SMA kelas II tahun 2009, tempurung lututnya bergeser meninggi sehingga panjang kakinya tidak sama sekitar delapan centimeter.
"Saya pertamanya masih mikir-mikir apakah kekurangan saya masuk? Lalu saya gabung dan coba datang, akhirnya hari itu saya bilang ke pelatih dan besoknya saya dilihat sama dokter di kota Bandung, katanya masuk," ujar Ica kepada Antara di Bandung pada Senin (26/9).
Anak pertama dari tiga bersaudara itu mengatakan pada awal dia divonis mengalami kekurangan, dia merasa terpukul akan keadaannya.
Trauma juga masih membayanginya saat dia sedang dibonceng motor dengan perasaan khawatir menabrak atau jatuh kembali.
Dia mengaku telah menjalani perawatan selama tiga bulan di rumah sakit dan melakukan perawatan jalan serta terapi selama enam bulan dengan pen yang terpasang di tulang.
"Di rumah sakit tiga bulan. Duit orang tua sudah habis. Penyembuhan enam bulan juga terus," jelas Ica yang menargetkan emas untuk membantu finansial orang tuanya.
Ica terakhir kali mengikuti voli umum pada periode 2012-2013 mengikuti laga antarkabupaten.
Semangat yang dibawa oleh Ica bagi masyarakat berkebutuhan khusus adalah pantang menyerah jika memiliki keinginan dan prestasi.
Ica menganggap jika kondisi fisiknya bukanlah sebagai hambatan, melainkan motivasi untuk lebih memberikan kreativitas dengan usaha yang lebih keras.
ANTARA FOTO/Agus Bebeng
Sementara itu, atlet tenis penyandang cacat asal Jawa Barat untuk Peparnas XV Tanthy Trisantina menjelaskan para atlet difabel tidak seharusnya berkecil hati.
Patah semangat dan menyesal merupakan hal yang tabu bagi Tanthy untuk dilakukan.
Dia menjadi difabel semenjak kecil dan mulai 2012 bergabung sebagai atlet difabel olahraga tenis lapangan.
Selain berprofesi sebagai atlet, Tanthy juga merupakan wirausahawan yang bergerak di bidang busana muslim.
Nama "Thyzee" dipilihnya menjadi merk dagang busananya yang telah merambah pasar domestik di Indonesia.
Thyzee berasal dari potongan nama dirinya, Tanthy, dengan gabungan kata "kahiji" yang diwakili dengan "zee" dengan tujuan bahwa produknya akan dapat menjadi "leader" di pasar.
"Jangan pernah patah semangat karena yakin kita sebetulnya pasti bisa. Bahkan mungkin lebih bisa dari orang-orang normal," tegas Tanthy.
Senyum "ABK"
Latihan untuk pembukaan Peparnas XV sudah dilakukan oleh para putra-putri difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berasal dari Kota Bandung.
Tarian yang bermakna sebagai garuda serta atraksi olahraga akan dilakukan oleh 175 siswa-siswi dan pendamping dari 34 SLB di Kota Bandung.
Pembukaan yang akan dilaksanakan di GOR Siliwangi dikonsepkan tidak kalah meriah dengan pembukaan PON XIX melalui tari-tari spektakuler yang telah dikemas oleh para pembimbing.
Pada Agustus 2016, pelatih yang terdiri dari Dedy Ardian, Elly Yulia, Citra dan Nur telah mengkoordinasikan kepada para guru SLB untuk mengajarkan gerakan tarian pembukaan Peparnas XV.
Para siswa-siswi difabel yang terdiri dari tuna daksa, tuna grahita, tuna rungu, tuna netra dan penderita autis menarikan garuda dan mengatraksikan olahraga yang populer.
ANTARA FOTO/Agus Bebeng
Gerakan mereka terlihat santai dan senyum tersebar di mana-mana saat latihan yang digelar di lapangan Wyataguna, Pajajaran, Bandung pada Senin (26/9).
Kendati lapangan rumput yang basah dan licin akibat sisa hujan semalam, namun peserta dengan asyik mengikuti gerakan dan arahan pembimbing.
Musik pengiring juga akan dilantukan untuk mengiringi pembukaan seperti Senyum ABK Untuk Jawa Barat serta lagu Mang Koko yang tersohor dengan judul "badminton".
Sesi latihan itu dibagi menjadi 5-12 menit dimulai sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
"Maka lihatlah, senyum mereka. Senyum anak penghuni surga. Dan lihatlah, senyum mereka. Senyum ABK untuk Jawa Barat," demikian lirik lagu yang diputar sebagai pengiring tarian pembuka Peparnas XV.
Salah seorang pengarah gerak atau koreografer tarian pembuka Peparnas XV Dedy mengatakan menjadi tantangan tersendiri untuk dapat menampilkan anak-anak berkebutuhan khusus menari tampil di depan umum.
Kendati demikian, semangat para siswa-siswi tetap bergelora saat latihan ditengah sengatan mentari.
"Mereka tetap gembira. Tantangannya adalah bagaimana agar mereka dapat berekspresi dan ini merupakan pembuktian kepada masyarakat bahwa mereka juga mampu berkreasi," ujar Dedy.
Bagi masyarakat yang penasaran bagaimana keseruan tarian garuda dan gaya siswa-siswi berkebutuhan khusus dalam berpentas, maka dapat menghadiri pembukaan Peparnas XV yang tentu tidak kalah menarik dari gebyar akbar PON XIX.
Diharapkan warga Jawa Barat, khususnya Bandung dapat mengapresiasi dengan hadir dan turut meramaikan tidak hanya pembukaan Peparnas XV, tetapi juga menonton pertandingan cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan karena dijamin tidak kalah seru dengan PON XIX.
Oleh Bayu Prasetyo
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016