New York (ANTARA News) - Harga minyak jatuh sekitar tiga persen pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah Arab Saudi dan Iran memusnahkan harapan pasar bahwa kedua produsen besar OPEC itu akan menemukan kompromi pada pertemuan Aljir untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan di ibukota Aljazair, di mana OPEC dan produsen minyak lainnya berkumpul untuk Forum Energi Internasional pada 26-28 September, ia tidak memperkirakan sebuah kesepakatan dapat dihasilkan dari konsultasi pada hari terakhir pertemuan.
Dia juga mengatakan, ia tidak berpikir ada kebutuhan untuk melakukan penyesuaian secara signifikan atau memotong pasokan dan bahwa Iran, Libya dan Nigeria harus diizinkan untuk memproduksi pada tingkat maksimum terlihat selama ini.
"Jika Anda sedang mencari sesuatu yang berbahaya dari pertemuan ini, ini adalah itu," kata Jim Williams, analis di WTRG Economics di London, Arkansas. "Alih-alih pemotongan, mereka memberitahu semua orang untuk secara substansial meningkatkan pasokan."
Minyak mentah berjangka mengakhiri sesi dengan memberikan kembali sebagian besar dari keuntungan mereka yang diperoleh hari sebelumnya.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman November, patokan Eropa, turun 1,38 dolar AS atau 2,9 persen menjadi menetap di 45,97 dolar AS per barel di perdagangan London.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, merosot 1,26 dolar AS atau 2,7 persen menjadi berakhir di 44,67 dolar AS per barel.
Dalam perdagangan pasca-penyelesaian (settlement), pasar mengurangi kerugian setelah kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) melaporkan penarikan mengejutkan sebanyak 752.000 barel pekan lalu, dibandingkan perkiraan analis bertambah tiga juta barel.
Pemerintah AS akan melaporkan data persediaan resmi pada Rabu, menunjukkan jika stok memang jatuh secara tak terduga selama empat minggu berturut-turut.
Harga minyak telah merosot menjadi kurang dari setengah tertinggi mereka pada 2014, mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya untuk melakukan "rebalancing" pasar yang akan mengangkat pendapatan minyak yang mereka andalkan untuk anggaran nasional mereka.
Pembicaraan Aljir merupakan upaya kedua OPEC tentang kesepakatan produksi setelah putaran pertama yang gagal di Qatar pada April.
Sebelumnya, Iran, mencoba untuk merebut kembali ekspor minyaknya yang hilang akibat sanksi, menolak tawaran Saudi untuk membatasi produksi dalam pertukaran untuk mengurangi pasokan oleh Riyadh.
Iran mengatakan tidak bersedia untuk membekukan produksi minyaknya pada level saat ini, mengandaskan ekspektasi pasar untuk kesepakatan pembekuan produksi di antara anggita OPEC.
Seperti rekannya Saudi, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pembicaraan Aljir "bukan waktu untuk pengambilan keputusan", menunda kemungkinan setiap perjanjian hingga pertemuan kebijakan resmi OPEC yang ditetapkan pada 30 November di Wina.
Bijan mengatakan pada Selasa bahwa negaranya ingin menaikkan produksi minyak mentah menjadi empat 4 juta barel per hari dari tingkat saat ini 3,6 juta barel per hari.
Ini "tidak ada dalam agenda kami" untuk mencapai kesepakatan dalam perundingan OPEC di Aljir, katanya.
Anggota OPEC Irak mengatakan negaranya telah membuat anggaran 2017 berdasarkan pada asumsi ekspor minyaknya 3,75 juta barel per hari dengan harga 42 dolar AS per barel.
Goldman Sachs memangkas proyeksi harga untuk WTI pada kuartal keempat menjadi 43 dolar AS per barel dari sebelumnya di kisaran 45-50 dolar AS, mengatakan mereka memperkirakan pasokan melebihi permintaan sebesar 400.000 barel per hari.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016