Debat pertama calon presiden 2016 telah berakhir dan Bloomberg News mengklaim pasar menilai Clinton sebagai pemenangNew York (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street membukukan keuntungan cukup besar pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah debat pertama calon presiden AS antara Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.
Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 133,47 poin atau 0,74 persen menjadi ditutup pada 18.228,30. Indeks S&P 500 naik 13,83 poin atau 0,64 persen menjadi berakhir di 2.159,93, dan indeks komposit Nasdaq naik 48,22 poin atau 0,92 persen menjadi 5.305,71.
Clinton dan Trump berhadapan untuk pertama kalinya dalam putaran pemilu presiden 2016 yang kisruh pada Senin malam, dengan Clinton menyebut Trump tidak merilis laporan pembayaran pajaknya dan berbohong, sementara Trump memberi label Clinton sebagai politikus tradisional.
"Debat pertama calon presiden 2016 telah berakhir dan Bloomberg News mengklaim pasar menilai Clinton sebagai pemenang, menunjuk ke sebuah reli pasca-debat. Jajak pendapat substantif akan memakan waktu beberapa hari," kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial, dalam sebuah catatan.
Debat pada Senin malam merupakan yang pertama dari tiga debat calon presiden dan satu debat calon wakil presiden yang akan berlangsung sebelum hari pemilihan umum pada 8 November.
Kinerja masing-masing kandidat dalam debat bisa menjadi sangat penting untuk merebut kursi kepresidenan, berbagai jajak pendapat telah menunjukkan persaingan yang semakin ketat di banyak negara-negara bagian yang belum menentukan pilihan dalam beberapa pekan terakhir.
Di sisi ekonomi, indeks komposit S&P CoreLogic Case-Shiller 20-Kota naik 5,0 persen secara tahun ke tahun, sedikit di bawah konsensus pasar 5,1 persen.
Indeks Keyakinan Konsumen dari Conference Board datang di 104,1 pada September, naik dari 101,8 pada Agustus dan mengalahkan perkiraan pasar 98,8.
Harga minyak juga dalam fokus, yang menderita kerugian besar pada Selasa karena Iran mengatakan tidak bersedia untuk membekukan produksi minyaknya pada level saat ini, mengandaskan ekspektasi pasar untuk kesepakatan pembekuan produksi di antara anggota OPEC.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016