Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mencuri perhatian media sosial selama debat pertama calon presiden AS dengan salah satunya mengeluarkan apa yang disebut para pengguna Twitter sebagai #Trumpsniffle atau dengusan Trump.
Pengusaha kaya itu berulang kali mendengus begitu dia menghadap ke muka lawannya, calon presiden dari Demokrat, Hillary Clinton, sehingga memicu munculnya tagar itu dan sekaligus perdebatan dalam media sosial mengenai apa kira-kira yang menyebabkan dia terus mendengus.
Akun-akun parodi seperti sinus Donald (@TrumpsSinuses) dan dengusan Trump (@TrumpSniff), seketika beroleh perhatian besar.
Trump (70) berkata kepada Fox News Selasa pagi waktu Amerika Serikat bahwa dia tidak sedang pilek. "Tidak, tidak ada dengusan, tidak," kata dia. "Bukan pilek." Dia malah mengeluh mendapatkan mikrofon yang buruk dan bercanda mungkin dia sedang menarik nafas.
Namun netizen malah menduga dengusan Trump itu berkaitan dengan serangan berulang-ulang Trump terhadap kesehatan dan stamina Hillary (68 tahun) yang belum lama bulan ini diserang radang paru-paru.
Twitter sendiri menilai debat pertama dari tiga debat calon presiden menjelang Pemilu 8 November adalah peristiwa politik yang paling banyak dicuit dalam sejarah Twitter. Trump menjadi fokus dari 62 persen pembicaraan di Twitter.
Di Facebook, pembicaraan mengenai Trump mencapai 79 persen dari perbincangan mengenai debat, sedangkan Hillary hanya dibicarakan 21 persen.
Namun sentimen positif menjadi milik Hillary. Perusahaan penganilisis media sosial, Zoomph, menyatakan cuitan yang me-mention Hillary mencapai rasio 1,5 berbanding 1, yang berarti untuk setiap mention paling negatif, ada 1,5 mention positif, kata Zoomph.
Sebaliknya rasio itu pada Trump lebih buruk, 1:1.
Topik yang paling banyak dicuit adalah soal ekonomi, kebijakan luar negeri, energi dan lingkungan, terorisme dan senjata, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016