Jombang, Jawa Barat (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mengajak para prajurit untuk belajar dari sejarah, mengambil perjuangan para leluhur, demi perjuangan membela Tanah Air dari penjajah.

Hal itu diungkapkan dia saat ziarah di makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa.

"Kegiatan ini merupakan hasil diskusi dengan seluruh kepala staf. Tujuannya, agar seluruh prajurit TNI senantiasa mengenang sejarah perjuangan kemerdekaan dan meneladani sikap para pahlawan," katanya, pada wartawan.

Sebagaimana diketahui dalam berbagai literatur sejarah, setelah TNI terbentuk pada 5 Oktober 1945, bala tentara NICA berusaha menguasai kembali Indonesia dengan membonceng Pasukan Sekutu.

"Saat itulah, beberapa orang menghadap Kiai Hasyim Asy'ari untuk meminta fatwa beliau. Kemudian lahirlah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945, yang mewajibkan seluruh warga dalam radius yang belum boleh menjamak shalat untuk berperang melawan penjajah," kata dia.


"Fatwa itu menegaskan, perang untuk mengusir penjajah hukumnya fardlu ain," tegas alumnus Akademi Militer pada 1982 ini.

Pada 9 November, lanjut dia, sebenarnya tentara dan rakyat sudah siap bertempur. Tapi oleh Kiai Hasyim diminta menunda dulu.

"Kiai Hasyim meminta agar semua pasukan menunggu Kiai Abbas dari Cirebon, yang beliau juluki sebagai Singa Dari Jawa Barat, kata pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini.

Sejarah kemudian mencatat, tambah dia, terjadilah peristiwa perang yang sangat heroik pada 10 November, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

"Karena semangat yang heroik dan pantang menyerah, perjuangan dengan senjata tradisional melawan senjata termodern pada saat itu berhasil kita menangkan. Bahkan pimpinan pasukan penjajah tewas di medan perang saat itu," ujar Gatot.

Dengan mengenang sejarah, Nurmantyo berharap prajurit TNI dapat mencontoh kegigihan para pahlawan dalam menghadapi situasi yang semakin sulit.

"Bung Karno mengatakan, perjuangan saya tidak berat karena hanya mengusir penjajah. Tapi perjuanganmu nanti akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri," ujarnya mengutip ungkapan Sang Proklamator.

Pihaknya menambahkan, dengan tradisi ziarah ini, mantan KSAD ini berharap TNI dan kalangan pesantren dapat bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan pembangunan.

"Pantang menyerah, komitmen, penuh dedikasi dan yang paling penting berjuang dengan ikhlas, tanpa kepentingan apa pun," katanya.

Kunjungan Nurmantyo ini juga dalam rangka menyongsong HUT ke-71 TNI. Dia mengajak seluruh panglima Komando Utama untuk berziarah ke makam para mantan presiden dan panglima TNI.

Di Jawa Timur, dia mengajak sekitar 40 jenderal tersebut berziarah ke makam Presiden Soekarno di Blitar dan KH Abdurrahman Wahid di Tebuireng Jombang. Semua kepala staf dari ketiga kesatuan juga tampak mendampingi kunjungan tersebut.

Rombongan ziarah yang dipimpin Nurmantyo tiba di kompleks Pesantren Tebuireng sekitar pukul 11.30 WIB dan langsung disambut oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) beserta Nyai Farida Salahuddin. Seluruh jajaran Majelis Keluarga Pesantren Tebuireng juga turut menyambut kedatangan rombongan itu.

Pewarta: Destyan Sujarwoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016