"Pertumbuhan mengalami revisi turun, karena investasi pemerintah dan swasta yang melambat serta ekspor yang melemah," ujar Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Steven Tabor dalam pemaparan laporan terbaru ADB di Jakarta, Selasa.
Tabor menjelaskan konsumsi rumah tangga yang menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi nasional akan menghadapi tantangan berupa pelemahan ekonomi global, yang bisa mengurangi permintaan masyarakat.
Namun, menurut dia, upah minimum yang lebih tinggi, kenaikan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan melambatnya tingkat inflasi bisa mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
"Peningkatan alokasi APBN yang lebih tinggi untuk dana desa dan prospek yang lebih baik di sektor pertanian juga akan meningkatkan pendapatan di pedesaan," kata Tabor.
Selain itu, investasi swasta akan memperoleh manfaat dari penerapan penerbitan paket kebijakan ekonomi jilid I-XIII, karena ada perbaikan iklim investasi dan proses kemudahan berusaha yang lebih sederhana.
Tabor juga memperkirakan adanya peningkatan belanja pemerintah untuk pembangunan sarana infrastruktur pada paruh kedua 2016, yang sejalan dengan pola tahunan kenaikan penyerapan anggaran menjelang akhir tahun.
"Namun, secara keseluruhan investasi dan konsumsi pemerintah akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya karena rendahnya realisasi penerimaan dari sektor pajak," kata Tabor.
Tabor mengingatkan para pengambil kebijakan di Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai langkah untuk menghadapi risiko terhadap prospek pertumbuhan jika terjadi pemangkasan anggaran dan keterlambatan implementasi proyek infrastruktur.
Dalam edisi pembaruan publikasi ekonomi tahunan 2016 ini, ADB juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 mencapai 5,1 persen atau turun dari proyeksi sebelumnya 5,5 persen, karena ada perkiraan perlambatan kinerja investasi.
Sementara itu, Wakil Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Sona Shrestha menambahkan masih ada prospek bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh dengan lebih sehat tahun ini, meski situasi sedang sulit akibat perlambatan ekonomi global.
"Seiring makin terwujudnya reformasi kebijakan di Indonesia dan membaiknya momentum pertumbuhan perekonomian di negara-negara industri utama, besar kemungkinan kita akan melihat peningkatan ekonomi lebih lanjut," kata Shrestha.
Laporan terbaru ini juga mencatat adanya pengurangan kesempatan kerja yang dapat melemahkan kepercayaan masyarakat karena menyebabkan masalah stagnasi pendapatan, meningkatnya jumlah pengangguran dan problem overskill.
"Sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak karena keterlambatan musim panen, namun pasar tenaga kerja bagi pekerja berpendidikan tinggi mengalami stagnasi upah, dengan makin banyaknya lulusan yang bekerja padahal pekerjaan itu tidak memerlukan kualifikasi setinggi mereka," kata Shrestha.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016