Di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Kampala baru-baru ini, UNHCR mengatakan pengungsi --yang kebanyakan berasal dari Provinsi Muyinga, Makamba, Cankuzo, Kirundo dan Ruyigi-- telah menyelamatkan diri ke Tanzania, Rwanda, Republik Demokratik Kongo (DRC), Uganda dan Zambia untuk meminta suaka atau perlindungan internasional.
Pengungsi menyelamatkan diri dari kerusuhan, ancaman, pembunuhan tanpa proses pengadilan, penculikan, penyiksaan dan penghukuman di republik Afrika tengah tersebut, kata badan pengungsi itu.
Tanzania saat ini menampung 163.084 pengungsi Burundi, jumlah paling banyak di wilayah tersebut, lapor Xinhua.
Uganda menampung sebanyak 41.938 pengungsi Burundi, Rwanda menjadi tempat pengungsian lebih dari 81.000 warga Burundi, sedangkan DRC menerima lebih dari 21.000 pengungsi sementara Zambia menerima 1.700 pencari suaka dan pengungsi Burundi.
"Meskipun jumlah orang yang pergi secara umum tidak sebanyak pada 2015, telah ada arus pengungsi yang mengalir terus tahun ini, termasuk lebih dari 20.000 orang pada Juli dan Agustus," kata UNHCR.
UNHCR memperkirakan jumlah orang mengungsi terus bertambah dalam beberapa bulan ke depan tahun ini, dan menyatakan lembaga bantuan akan berjuang untuk menyediakan layanan penyelamat nyawa, perlindungan dan tempat bernaung yang layak.
Lembaga bantuan tersebut menyatakan Tanzania, Twanda, Uganda dan DRC sudah sangat kewalahan menampung pengungsi dan banyak pengungsi dalam kondisi menyedihkan, mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak kecil.
"Kecenderungan yang mengkhawatirkan ini akan terus berlangsung selama penyelesaian bagi krisis politik tetap belum ditemukan, sementara konsekuensi kemanusiaan memiliki jangkauan jauh di Burundi dan wilayah itu," katanya.
"Untuk menjamin bahwa pengungsi menerima bantuan dan perlindungan yang mereka perlukan, UNHCR menyeru masyarakat internasional agar mempertahankan upaya bagi perdamaian dan meningkatkan dukungan bagi negara pencari suaka, terutama di bidang seperti tempat berteduh, layanan dasar, pendidikan, kesehatan serta kehidupan."
Kerusuhan meletus di Bujumbua, Ibu Kota Burundi, setelah Presiden Pierre Nkurunzia berusaha mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016