Pontianak (ANTARA News) - Jutaan hektar hutan di dataran rendah Sumatera dan Kalimantan diperkirakan habis pada 2022 apabila penebangan liar yang marak di daerah itu dibiarkan.Pembalakan liar yang berlangsung bertahun-tahun dan telah merambah 37 dari 41 taman nasional di Indonesia, juga mengancam berbagai spesies flora dan fauna yang hidup di dalamnya, kata Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), Widodo AS, dalam sambutan yang dibacakan Sekretaris Menkopolhukam, Letjend Agus Sutadi dalam sebuah lokakarya kehutanan di Pontianak, Rabu. Kerugian yang dialami Indonesia akibat pembalakan liar mencapai Rp40 triliun setiap tahunnya. Angka tersebut lebih rendah dibanding era 1990-an dimana kerugian diperkirakan Rp200 triliun. Kerugian itu belum termasuk kehilangan yang tidak ternilai dalam bentuk kehancuran hutan dan kerusakan lingkungan. Selain itu, Indonesia juga dihadapkan oleh perubahan iklim yang meningkat cepat karena kerusakan hutan tropis. "Tidaklah mengherankan, kini muncul banyak badai dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama," katanya. Sementara Menteri Kehutanan, melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan, Arman Mallolongan, mengatakan, penanganan pembalakan liar tidak lagi bersifat sektoral melainkan memasuki ruang publik yang lebih besar. "Sektor kehutanan kini mengalami tekanan yang kuat sehingga perlu penataan tata kelola hutan yang lebih baik," ujarnya. Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) saat land clearing yang sering menjadi modus perusahaan untuk mengambil kayu tebangan, harus diganti ke usaha yang produktif. Penegakan hukum di bidang kehutanan juga semakin baik yang terlihat dari banyaknya pengusaha kelas kakap yang selama ini belum tersentuh meski diduga kerap melakukan pembalakan liar. "Vonis hakim juga sudah menggembirakan meski di beberapa tempat belum optimal bahkan pelaku dibebaskan," kata Arman. Dengan segala kelemahan dan kekuatannya, sektor kehutanan tetap menjadi salah satu penggerak ekonomi di Indonesia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007