Semua toko di kota itu tutup, termasuk para pedagang kaki lima di sekitar monumen kota Sampang, Pulau Madura.
"Untuk sementara terpaksa tidak berjualan dulu, karena banjir seperti ini," kata pedagang minuman kopi di area monumen kota Sampang, Mustakim, Minggu malam.
Di wilayah itu, ketinggian genangan banjir antara 40 cm hingga 50 cm. Bahkan Pendopo Wakil Bupati yang berjarak sekitar 200 meter dari monumen Kota Sampang, hingga Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB masih tergenang banjir.
Mustakim merupakan satu dari sekitar 35 pedagang kaki lima yang biasa berjualan di sekitar monumen Kota Sampang.
Ayah dua orang anak ini menuturkan, banjir yang terjadi kali ini tidak separah banjir yang terjadi pada Februari 2016.
"Yang dulu sampai 1 meter, sekarang kan tidak terlalu tinggi," ucapnya.
Tidak hanya pedagang kali lima, para pemilik toko di sepanjang Jalan Wahid Hasyim, Imam Bonjol, dan Jalan Syuhada juga tutup akibat banjir.
Banjir akibat luapan Sungai Kalikemuning kali ini, merendam sembilan desa/kelurahan di Kecamatan Kota Sampang.
Banjir di Kota Bahari ini terjadi sejak Minggu pagi. Kala itu, genangan air hanya terjadi di sejumlah titik yang dekat aliran Sungai Kalikemuning.
Namun, hingga siang, banjir semakin meluas hingga memasuki monumen Kota Sampang, bahkan hingga halaman Polsek Kota yang berjarak sekitar 800 meter dari pusat Kota Sampang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang Wisnu Hartono memperkirakan, banjir akan reda, tengah malam, karena saat itu air laut mulai surut.
"Selain itu, berdasarkan informasi masyarakat, hujan di hulu sungai saat ini mulai reda," katanya.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016