Jakarta, 11 April 2007 (ANTARA) - Kebakaran lahan dan hutan merupakan permasalahan yang rutin terjadi di Indonesia setiap musim kemarau. Sebagian besar (70%) kebakaran lahan terjadi di luar kawasan hutan, dan hanya sebagian kecil saja (30%) yang terjadi di dalam kawasan hutan. Di masyarakat masih timbul persepsi bahwa timbulnya asap di berbagai wilayah di Indonesia seluruhnya disebabkan oleh kebakaran hutan. Padahal penyebab utamanya adalah pembakaran lahan untuk menyiapkan perkebunan skala besar, perladangan, dan hanya sebagian kecil saja terjadi di Hutan Tanaman Industri. Bencana yang diakibatkan oleh praktik pembakaran lahan dan dan hutan adalah timbulnya polusi asap yang mengganggu berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat, baik nasional maupun global, serta menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan, akan digelar Lokakarya Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan, pada tanggal 12 April 2007, di Provinsi Jambi. Lokakarya ini akan dibuka oleh Menteri Kehutanan, dan dihadiri oleh Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup, serta Gubernur dan Bupati dari provinsi rawan kebakaran lahan dan hutan, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, serta beberapa pimpinan perusahaan bidang perkebunan, pertanian, dan kehutanan. Lokakarya Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan ini dimaksudkan untuk meningkatkan optimalisasi pengendalian kebakaran lahan dan hutan Tahun 2007. Sebagai indikator kinerja pengendalian kebakaran lahan dan hutan adalah pantauan terjadinya Hot Spot (titik panas) oleh Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) yang mempunyai nilai akurasi dan validasi tinggi. Berdasarkan data hot spot Satelit NOAA di Departemen Kehutanan, provinsi rawan kebakaran lahan adalah Kalteng, Kalbar, Sumsel, Riau, dan Jambi. Pada umumnya kebakaran lahan dan hutan di provinsi tersebut terjadi pada lahan gambut yang sulit dipadamkan dan menimbulkan kabut asap. Tingkat kenaikan/penurunan jumlah hot spot tahun 2005/2006 di 8 propinsi yang terjadi kebakaran lahan dan hutan dapat dilihat dalam tabel berikut:
No. | Provinsi | Jumlah Hot Spot | ||
Th. 2005 | Th. 2006 | % | ||
1 | Sumatera Utara | 3830 | 3581 | -6,50 |
2 | Riau | 22.630 | 35.426 | 56,54 |
3 | Jambi | 1208 | 6948 | 475,17 |
4 | Sumatera Selatan | 1182 | 21.734 | 1738,75 |
5 | Kalimantan Barat | 3022 | 29.266 | 864,43 |
6 | Kalimantan Tengah | 3147 | 40.897 | 1199,56 |
7 | Kalimantan Selatan | 758 | 6469 | 753,43 |
8 | Sulawesi Selatan | 133 | 1201 | 803,01 |
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007