Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Iskan Qolba Lubis meminta pemerintah pusat dan daerah serius menangani persoalan banjir bandang dan longsor yang melanda kawasan Kabupaten Garut dan Sumedang karena hingga Kamis (22/9), jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 26 orang, hilang 18 orang, dan luka-luka sebanyak 433 orang.
"Saya meminta lembaga-lembaga tanggap darurat seperti Badan SAR Nasional (BASARNAS) dan BPBD, juga TNI/Polri dapat berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Barat untuk mengevakuasi korban secara cepat dan tepat," katanya di Jakarta, Jumat.
Iskan mengatakan, pemerintah Provinsi Jawa Barat harus memastikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar dan Badan SAR Nasional (Basarnas) berkordinasi untuk mendirikan posko dan memberikan bantuan segera kepada korban.
Dia menilai, bertambahnya jumlah korban meninggal, mengindikasikan perlunya terus dilakukan pencarian korban yang belum ditemukan.
"Perlu terus diintensifkan dalam mencari korban baik yang masih hidup maupun yang sudah tewas, karena berdasarkan laporan banjir dan longsor yang terjadi di kedua kabupaten itu termasuk besar," ujarnya.
Politikus PKS itu menjelaskan, terkait dana bantuan bencana, dirinya berharap prosesnya tidak dipersulit dalam hal pencairan sehingga, dapat segera disalurkan kepada korban bencana alam.
Iskan menambahkan, Komisi VIII DPR RI dan pemerintah telah menyiapkan dana taktis yang berada di Kementerian Keuangan, dan dapat digunakan kapan pun jika terjadi bencana besar.
"Dalam pencarian dana, kalau perlu pemda mampu jemput bola dalam permohonan pencairan dana tanggap bencana, sehingga bisa segera disalurkan bagi ribuan pengungsi banjir bandang di Garut dan Sumedang," katanya.
Selain itu menurut dia, perlu juga segera dikordinasikan penyaluran dana bantuan yang datang dari masyarakat.
Sebelumnya, menurut Koordinator Humas dan Protokoler BASARNAS Provinsi Jawa Barat, Joshua Banjarnahor, terdapat 26 orang meninggal akibat bencana banjir bandang dan longsor, dimana 18 di antaranya perempuan dan 8 laki-laki.
Banjir bandang dan longsor dipicu hujan intensitas tinggi sejak Selasa (20/9) pukul 19.00 WIB dan curah hujan tinggi menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat.
Saat ini sebagian banjir sudah surut namun menurut BNPB, bencana ini menunjukkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di hulu Sungai Cimanuk sudah rusak dan kritis.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016