Rio de Janeiro (ANTARA News) - Kebakaran hutan di wilayah timur laut Brasil mengancam kehidupan suku adat dan masyarakat asli setempat beserta tanah ulayatnya, kata pemimpin terkait, Rabu.
Musim kebakaran di Hutan Amazon dan padang sabana umumnya terjadi dari Juli sampai November, tetapi api kian membesar akibat perubahan iklim dan pembalakan liar, kata Sonia Guajajara, koordinator nasional Asosiasi Masyarakat Adat.
Banyak warga asli cukup terasing, misalnya Suku Awa yang terdampak bencana kebakaran. Sebagian dari mereka terpaksa ke luar hutan, ujar Guajajara.
"Suku Awa hidup terisolir dalam hutan, alhasil kini mereka terpaksa sering ke luar," kata Guajajara di wilayah timur laut, Negara Bagian Maranhao.
"Pembalakan liar dan api penyebab rusaknya hutan cukup mendesak keberadaan mereka," tambahnya.
Suku terasing itu ikut terdampak saat hutan dan hak ulayat mereka terancam, terlebih karena rendahnya daya kebal alami terhadap penyakit dari luar.
Suku terasing Brasil bergantung pada hutan yang cukup luas untuk memburu hewan dan meramu makanan untuk bertahan hidup. Brasil merupakan salah satu paru-paru dunia terakhir,
"Kami khawatir atas kondisi Suku Awa," kata Guajajara seraya menambahkan, asosiasi itu berpikir untuk melibatkan sejumlah anggota suku terasing.
"Kebakaran kian tak terkendali dan memburuk," tambahnya.
Ia menambahkan setidaknya satu anak dari suku adat tewas akibat kebakaran dan banyak lainnya terluka. Banyaknya lahan yang terbakar ikut membatasi wilayah ulayat secara resmi, kata Guajajara.
Pembalak liar telah lama berupaya mengusir penduduk dari hutan dengan memantik api.
Saat ini jumlah pengungsi kebakaran di Maranhao belum diketahui, kata Guajajara.
Ia mengatakan kebakaran tahun lalu merusak 413 ribu hektar, dikenal dengan Arariboia - diartikan oleh sukunya sebagai rumah.
Pemadam kebakaran yang didukung Yayasan Masyarakat Adat Nasional Brasil (FUNAI) bersama badan lingkungan negara tengah berusaha menanggulangi kebakaran, kata pejabat pemerintah.
Lebih dari 90 persen kebakaran disebabkan manusia, kata Gabriel Zacharias, kepala Prevfogo, divisi pemadam kebakaran kementerian lingkungan.
"Kebakaran itu tampak sengaja dilakukan di wilayah konflik atau kawasan alih fungsi hutan ke lahan peternakan".
Jumlah kebakaran di negara terbesar Amerika Selatan itu meningkat hingga 65 persen tahun lalu, atau lebih dari 53 ribu hingga 5 Agustus nanti, kata Insitut Riset Luar Angkasa Nasional Brasil (INPE).
Brasil berupaya menghentikan tingkat pembabatan hutannya (deforestasi). Deforestasi terjadi akibat pembalak luar dan peternak yang ingin mendapat penghasilan dari lahan tersebut.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016