Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu pagi turun kembali ke level Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.105/9.108 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.097/9.100 atau melemah delapan poin. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk Noel Chandra di Jakarta, mengatakan rupiah sudah diduga sebelumnya tidak akan lama berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) tidak menyukai posisi rupiah dibawah level tersebut. BI menginginkan rupiah di atas level Rp9.100 per dolar atau berada dalam kisaran antara Rp 9.100 sampai Rp9.200 per dolar AS yang dinilai stabil, katanya. Karena, lanjutnya, apabila rupiah dibawah Rp9.100 per dolar AS, maka akan ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. Untuk itu BI terus melakukan pengawasan terhadap pergerakan mata uang lokal itu agar tetap di atas Rp9.100 per dolar AS. "Kami percaya BI akan melakukan kebijakan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak (eksportir dan importir), apabila BI mempunyai cadangan devisa yang cukup untuk berperan di pasar uang itu," katanya. Rupiah, menurut dia, selain masuknya BI ke pasar juga mendapat tekanan dengan melemahnya yen terhadap dolar AS, setelah Bank sentral Jepang (BOj) memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga overnight. Yen juga melemah terhadap euro yang didukung oleh ekspektasi bahwa bank sentral Eropa akan menaikkan suku bunganya, katanya. Ia mengatakan prospek euro cukup solid menjelang pertemuan negara-negara industri maju (G7) yang sebelumnya mengkhawatirkan melemahnya yen di pasar. Namun pertemuan G7 nanti kemungkinan tidak akan membahas yen. Dolar AS terhadap yen naik 0,16 persen menjadi 119,24, euro turun 0,13 persen menjadi 1,3418 dolar AS dan menguat terhadap yen 0,07 persen menjadi 160,00. Rupiah, menurut dia pada penutupan sore nanti diperkirakan akan masih tertekan, namun koreksi harga yang terjadi tidak besar, karena pelaku pasar sedang memfokuskan perhatian pada pertemuan G7 di Washington. Namun demikian, rupiah juga berpeluang menguat kembali, karena pasar masih positif untuk mendukung pergerakan mata uang lokal itu lebih jauh, asalkan BI tidak mengantisipasinya, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007