Mereka membawa membawa serta panggung truk.
"Panggung truk ini bukti kesiapan Provinsi Banten untuk berlaga di Tanah Legenda," kata Hari Sugianto, manager tim Banten, Rabu.
Truk yang dimodifikasi menyerupai panggung, dirancang khusus untuk menyimpan peralatan pendukung bagi tim kala bertanding maupun tampil di sejumlah daerah.
Ada perlengkapan musik lengkap untuk nge-band, organ, kursi-kursi pantai, satu set meja santai di lengkapi kursi fiber, pendingin udara berukuran besar, terpal dan pengeras suara.
"Truk selain jadi panggung hibur, juga dilengkapi tempat shalat, dan kamar ganti, rencana kami akan melengkapinya dengan peralatan masak, seperti BBQ," katanya.
Di sela-sela jam istirahat menunggu pertandingan berikutnya, atau menunggu pengumuman pengalungan medali, atlet Banten dimanjakan dengan kursi pantai yang jumlahnya sesuai dengan jumlah atlet.
Para atlet tidak perlu berebutan untuk duduk beristirahat mendengarkan alunan musik yang diputar dari atas truk, dibawah tenda yang dirancang seperti kemah. Duduk di atas kursi pantai, yang nyaman untuk tidur atau sekedar duduk santai.
Tiga kipas angin besar dilengkapi dengan air pendingin terpasang untuk memberikan rasa nyaman atlet usai bertanding. Agar semangat para atlet terus terpacu dan gembira dalam menyelesaikan perlombaan, setiap atlet diberi tantangan untuk tampil bernyanyi di atas panggung.
Mereka ditantang untuk menyanyikan lagu-lagu sesuai permintaan secara bergiliran, mereka juga dituntut tampil seperti artis aslinya. Yang hasilnya menjadi parodi menghibur atlet lainnya.
"Ini salah satu cara kami melatih psikologi anak-anak, mengisi lagi semangat mereka, tidak jenuh dengan jadwal perlombaan yang panjang, dan tetap bergembira," kata Hari.
Menurut Hari, menjaga mental para atlet agar tetap semangat dan bergembira dalam menghadapi perlombaan, sangat penting. Mengingat para atlet telah menguras waktu serta tenaganya untuk berlatih demi nama daerah.
"Jadi kami tidak hanya mengedepankan latihan fisik saja dalam melatih para atlet, tetapi kondisi psikologisnya juga ikut kami latih dengan memberikan hiburan, selain itu menjaga kekompakan," katanya.
Selain hiburan di panggung truk, manager tim drumband Banten juga punya cara khusus untuk menjaga semangat dan mental atletnya untuk tetap segar dan bugar selama perlombaan.
"Kami punya tips, jika anak-anak sudah jenuh, kami beri mereka waktu untuk belanja. Jika tidak perlombaan, kami akan pergi ke mal, lalu kami beri mereka waktu selama dua jam berkeliling mal sepuasnya," kata Hari.
Provinsi Banten menjadi peraih emas pertama pada cabang drumband PON XIX, total dua mas berhasil mereka gondol di hari pertama lomba untuk nomor lomba LKKB putri 2.000 meter dan putra 4.000 meter.
Meski harus kalah dari Jawa Barat yang telah mengoleksi 4 emas, Banten masih berambisi mengambil dua emas yang tersisa, yakni nomor LBB dan LUG yang finalnya akan berlangsung Jumat (23/9) mendatang.
"Panggung truk ini bukti kesiapan Provinsi Banten untuk berlaga di Tanah Legenda," kata Hari Sugianto, manager tim Banten, Rabu.
Truk yang dimodifikasi menyerupai panggung, dirancang khusus untuk menyimpan peralatan pendukung bagi tim kala bertanding maupun tampil di sejumlah daerah.
Ada perlengkapan musik lengkap untuk nge-band, organ, kursi-kursi pantai, satu set meja santai di lengkapi kursi fiber, pendingin udara berukuran besar, terpal dan pengeras suara.
"Truk selain jadi panggung hibur, juga dilengkapi tempat shalat, dan kamar ganti, rencana kami akan melengkapinya dengan peralatan masak, seperti BBQ," katanya.
Di sela-sela jam istirahat menunggu pertandingan berikutnya, atau menunggu pengumuman pengalungan medali, atlet Banten dimanjakan dengan kursi pantai yang jumlahnya sesuai dengan jumlah atlet.
Para atlet tidak perlu berebutan untuk duduk beristirahat mendengarkan alunan musik yang diputar dari atas truk, dibawah tenda yang dirancang seperti kemah. Duduk di atas kursi pantai, yang nyaman untuk tidur atau sekedar duduk santai.
Tiga kipas angin besar dilengkapi dengan air pendingin terpasang untuk memberikan rasa nyaman atlet usai bertanding. Agar semangat para atlet terus terpacu dan gembira dalam menyelesaikan perlombaan, setiap atlet diberi tantangan untuk tampil bernyanyi di atas panggung.
Mereka ditantang untuk menyanyikan lagu-lagu sesuai permintaan secara bergiliran, mereka juga dituntut tampil seperti artis aslinya. Yang hasilnya menjadi parodi menghibur atlet lainnya.
"Ini salah satu cara kami melatih psikologi anak-anak, mengisi lagi semangat mereka, tidak jenuh dengan jadwal perlombaan yang panjang, dan tetap bergembira," kata Hari.
Menurut Hari, menjaga mental para atlet agar tetap semangat dan bergembira dalam menghadapi perlombaan, sangat penting. Mengingat para atlet telah menguras waktu serta tenaganya untuk berlatih demi nama daerah.
"Jadi kami tidak hanya mengedepankan latihan fisik saja dalam melatih para atlet, tetapi kondisi psikologisnya juga ikut kami latih dengan memberikan hiburan, selain itu menjaga kekompakan," katanya.
Selain hiburan di panggung truk, manager tim drumband Banten juga punya cara khusus untuk menjaga semangat dan mental atletnya untuk tetap segar dan bugar selama perlombaan.
"Kami punya tips, jika anak-anak sudah jenuh, kami beri mereka waktu untuk belanja. Jika tidak perlombaan, kami akan pergi ke mal, lalu kami beri mereka waktu selama dua jam berkeliling mal sepuasnya," kata Hari.
Provinsi Banten menjadi peraih emas pertama pada cabang drumband PON XIX, total dua mas berhasil mereka gondol di hari pertama lomba untuk nomor lomba LKKB putri 2.000 meter dan putra 4.000 meter.
Meski harus kalah dari Jawa Barat yang telah mengoleksi 4 emas, Banten masih berambisi mengambil dua emas yang tersisa, yakni nomor LBB dan LUG yang finalnya akan berlangsung Jumat (23/9) mendatang.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016