Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan akan terus mendongkrak daya saing industri nasional agar mampu menghadapi pemberlakuan pasar bebas, terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN. Berbagai kebijakan strategis telah disiapkan, antara lain penguatan infrastruktur energi, pembentukan lembaga pembiayaan dan mempercepat kelancaran arus barang.
“Infrastruktur energi mutlak segera didorong, karena berpengaruh besar terhadap cost industri, terutama gas dan listrik,” ujar Menperin mewat siaran pers di Jakarta, Rabu.
Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Vietnam, harga gas industri di Indonesia dinilai belum kompetitif. “Misalnya harga gas kita anggap di Thailand dengan indeks 100, di Vietnam 120, sedangkan di Indonesia 170. Jadi jelas, dari gas sendiri, kita tidak bersaing. Sedangkan, untuk listrik, jika di Thailand 100, Vietnam 70 dan di Indonesia 150,” papar Airlangga.
Sementara itu, pembentukan lembaga pembiayan untuk industri diharapkan mendorong tercapainya kemandirian ekonomi nasional. “Kami akan bekerja sama dengan Kadin, bahwa lembaga pembiayaan atau lembaga pembangunan harus kita dorong bersama,” ujar Airlangga.
Menurutnya, lembaga pembiayaan ini juga akan memacu sasaran pembangunan industri sesuai amanat dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi dan tersedianya lapangan kerja.
“Kami harapkan, kredit untuk industri lebih banyak disalurkan daripada kredit konsumsi,” tutur Airlangga.
Mengenai kelancaran arus barang, berdasarkan data per September 2016, rata-rata dwelling time di Indonesia pada jalur prioritas (MITA) adalah 3,36 hari, jalur hijau 7 hari, dan jalur merah 14 hari.
“Sementara, dwelling time di Singapura memakan waktu 1,5 hari, Malaysia 3 hari, dan Thailand 4-5 hari. Ini yang harus kita percepat lagi biar bersaing dengan negara lain,” ungkap Arilangga.
Menperin menambahkan, produk yang diekspor Indonesia ke pasar tujuan seperti negara-negara di kawasan Uni Eropa, Jepang, maupun Amerika Serikat pada umumnya sama dengan yang diekspor negara-negara produsen di ASEAN. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kerja sama ekonomi antar negara-negara ASEAN untuk saling melengkapi satu sama lain.
Selama ini, lanjutnya, perdagangan dan investasi Indonesia dengan ASEAN masih terbatas pada Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pangsa pasar ASEAN terhadap ekonomi kita kira-kira 24 persen. Sehingga, diharapkan dapat membentuk kekuatan pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN.
Berdasarkan inventarisasi Kemenperin, dari 8.000 jenis produk yang dihasilkan industri dalam negeri, hanya ada 100 jenis berdasarkan kode harmonized system (HS code) yang dinilai memiliki daya saing tinggi dibandingkan produk negara lain. Sisanya, produk masuk dalam kategori sedang dan rendah.
Di samping itu, kata Airlangga, pihaknya akan menangkap peluang investasi industri dalam negeri. “Yang perlu diperhatikan, daya beli masyarakat harus ditopang dan penciptaan lapangan kerja,” ujarnya.
Dengan potensi jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa, industri yang perlu didorong adalah sektor padat karya seperti industri tekstil dan produk tekstil, elektronika, aneka, serta industri kecil dan menengah
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016