Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga pukul 16.30 WIB, Rabu, jumlah korban banjir bandang di Garut adalah 20 orang tewas dan 14 hilang.
"Dua warga meninggal dunia diidentifikasi berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Petugas di lapangan masih melakukan identifikasi nama-nama korban meninggal," kata Sutopo lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan enam jasad korban yang ditemukan belum teridentifikasi identitasnya. Saat ini pencarian dan penyelamatan korban masih terus dilakukan Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat.
Ratusan pengungsi ditempatkan di kantor Korem. BPBD Provinsi Jawa Barat membantu penanganan darurat.
Pos komando (posko) dan dapur umum telah didirikan BPBD setempat. Bupati Garut menunjuk Dandim sebagai komandan tanggap darurat. Pendataan masih dilakukan.
Tim Reaksi Cepat telah berada di lapangan untuk membantu BPBD setempat, berupa dukungan dana siap pakai dan pendampingan posko. Kebutuhan mendesak saat ini adalah dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat. Beras dan permakanan diperlukan untuk penanganan pengungsi.
Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor. Hujan akan terus meningkat hingga puncaknya Januari 2017 mendatang.
La Nina, dipole mode negatif dan hangatnya perairan laut di Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normalnya sehingga dapat memicu banjir dan longsor.
Banjir bandang dan longsor tersebut dipicu hujan deras sejak Selasa (20/9), pukul 19.00 WIB. Curah hujan tinggi menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat.
Pukul 20.00 WIB banjir setinggi lutut kemudian sekitar jam 23.00 WIB banjir setinggi 1,5-2 meter. Saat ini sebagian banjir sudah surut. Fenomena tersebut menunjukkan kondisi hulu DAS Cimanuk sudah rusak dan kritis.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016