Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan membangun 10 juta hektar jaringan irigasi di luar Pulau Jawa diantaranya di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, dan Sumatera Selatan. "Namun untuk membiayai jaringan irigasi tersebut membutuhkan biaya besar sekitar Rp20 sampai Rp30 juta per hektar," kata Direktur Irigasi Ditjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, M Hasan diJakarta, Selasa. Terkait dengan mahalnya biaya pengembangan irigasi baru tersebut saat ini pemerintah secara bersamaan juga mengembangkan teknologi intensifikasi pertanian dengan memanfaatkan lahan yang telah ada. Salah satu teknologi yang telah dikembangkan dan berhasil adalah penerapan SRI, merupakan metode budidaya padi yang bertujuan meningkatkan produksi padi (7-9 Ton/Ha) dan sekaligus melakukan efisiensi sumberdaya (40% efisiensi air, 50% efisiensi penggunaan pupuk kimia dan insektisida). Dalam program ini terdapat banyak keuntungan, seperti dapat menghemat air, produksi lahan jadi meningkat, dan income petani menjadi meningkat dan dari hasil pengamatan yang dilakukan di NTB biaya tanam yang dikeluarkan petani yang menggunakan sistem SRI untuk biaya sarana produksi dan tenaga kerja dapat menghemat sebesar 12 persen. Sementara dengan hasil sebanyak 6-8 juta ton padi per hektar dengan sistem SRI, lebih besar dibandingkan dengan sistem konvensional yang biasanya menghasilkan 4-5 juta ton padi per hektar. Besarnya hasil panen ini berimbas pada peningkatan pendapatan petani yakni sebesar Rp6 juta dengan sistem SRI dibandingkan dengan sistem konvensional sebesar RP2 juta. Pemerintah sendiri merencanakan pembangunan jaringan irigasi nasional sebesar 560 ribu hektar sampai dengan 2009. Namun, saat ini pemerintah lebih mengupayakan program intensifikasi jaringan yang sudah ada. Menurutnya, sebaiknya anggaran yang tersedia saat ini dipergunakan untuk pembangunan jaringan irigasi pada lahan yang sudah siap, seperti pada sawah tadah hujan. Dengan dilakukan pembangunan irigasi pada sawah tadah hujan diharapkan dapat lebih meningkatkan produksi. Selain itu, untuk pembangunan jaringan irigasi perlu memperhatikan aspek budaya setempat. Kalau dalam pembangunan tidak memperhatikan aspek ini maka pembangunan irigasi akan percuma. Pasalnya, jaringan irigasi bersifat permanen dan masayarakat yang belum siap bisanya masih mengubah fungsi lahan yang seharusnya untuk bertanam padi menjadi tanaman lain.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007