Harare, Zimbabwe (ANTARA News) - Sebuah rumah sakit utama milik pemerintah Zimbabwe menghentikan operasi rutin setelah kehabisan obat penghilang rasa sakit menurut laporan media lokal Senin (19/9), menggarisbawahi memburuknya krisis ekonomi di negara itu.
Pemerintah Presiden Robert Mugabe menghadapi masalah kekurangan dana yang memicu aksi protes terbaru dan memaksa kementerian keuangan mencetak sendiri "nota obligasi" dolar AS mulai bulan depan.
Harare Central Hospital, rumah sakit terbesar kedua di negara itu, menyatakan hanya akan fokus pada keadaan darurat, perawatan intensif dan kasus persalinan.
"Karena kekurangan pethidine, morfin suntik, adrenalin dan antibiotik, diputuskan kami menangguhkan semua operasi elektif," ungkap kepala anastesi Harunavamwe Chifamba dalam sebuah memo yang dikutip dikutip oleh NewsDay.
"Ini memungkinkan rumah sakit mengisi kembali persediaan barang-barang penting tersebut."
Surat kabar pemerintah Herald mengutip pernyataan direktur klinis rumah sakit George Vera yang menyebutkan bahwa rumah sakit mengandalkan pembayaran dari pasien karena tidak mendapat dana dari pemerintah.
Menurut warta kantor berita AFP, pemerintah Zimbabwe baru-baru ini mengungkapkan bahwa telah menghabiskan hampir 97 persen pendapatan untuk membayar upah pegawai.
Zimbabwe menggunakan dolar AS dan rand Afrika Selatan pada 2009 setelah inflasi yang melangit hingga mencapai 500 miliar persen membuat dolar lokal tak berguna.
Tapi Zimbabwe kehabisan dolar AS, memaksa bank membatasi penarikan tunai. Pemerintah juga gagal membayar pegawai tepat waktu.
Mugabe (92) berjanji mengakhiri gelombang protes anti-pemerintah yang menggoyang rezimnya tahun ini.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016