Samarinda (ANTARA News) - Jumlah pengguna Narkoba di Indonesia tiap tahun terus meningkat sehingga mengancam masa depan generasi muda, bahkan tercatat sebanyak 81.702 di antaranya adalah pelajar di lingkungan SD, SMP dan SMA.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Pencegahan Narkotika dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol. Mudji Waluyo, dalam paparannya tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk sosialisasi Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), di ruang serba-guna gedung Gubernur Kalimantan Timur, Samarinda, Selasa.
Dalam paparannya, Mudji mengatakan BNN mencatat jumlah pengguna Narkoba dari pelajar SD pada tahun 2006 berjumlah 8.449 orang. Jumlah tersebut meningkat lebih dari 100 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 2.542 orang.
Lonjakan yang paling tinggi terjadi pada jumlah pengguna di lingkungan SMP dan SMA yang kini mencapai 73.253 orang. Padahal pada tahun 2004, jumlah pengguna narkoba masing-masing sebanyak 9.206 orang dan meningkat tajam pada tahun 2005 menjadi 19.489 orang.
"Angka ini adalah data dan fakta tentang penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dan yang menjadi ancaman adalah generasi muda khususnya pelajar," katanya.
Ia menjelaskan faktor utama yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba dimulai dari pengaruh lingkungan (86 persen), sekedar iseng atau coba-coba (74,15 persen), pola asuh yang otoriter (70 persen), pengaruh dari teman sebaya (51,14 persen), dan pengaruh filem dan TV (47,15 persen).
Ia berharap adanya dukungan dari seluruh pihak dalam menyelamatkan generasi muda sebagai penerus bangsa dari kehancuran akibat ancaman bahaya narkoba.
BNN telah melukan survei menurut pendapat remaja dan menunjukkan bahwa keluarga berperan besar untuk mencegah terjadinya perilaku penyimpangan penggunaan narkoba.
Hal itu terlihat dari keteladanan orang tua menjadi cara terampuh bagi para remaja untuk membentengi dari narkoba (59 persen). Kemudian diikuti dengan pendidikan agama dalam keluarga (47 persen), disiplin dalam keluarga (32,44 persen), dan hubungan keluarga yang harmonis (28,32 persen).(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007