Jakarta (ANTARA News) - Depkeu menyiapkan tiga skenario tambahan penerbitan SUN netto untuk menutupi kemungkinan kenaikan defisit anggaran 2007 dari 1,1 persen dari PDB menjadi 1,5-1,8 persen (setara Rp56,9-68,3 triliun) dari PDB karena adanya kebutuhan untuk memperbaiki infrastruktur akibat bencana alam dan lumpur Lapindo. Menkeu Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa mengatakan jika defisit naik menjadi 1,5 persen dari PDB maka tambahan penerbitan SUN netto naik menjadi Rp57,1 triliun, jika defisit 1,8 persen SUN netto menjadi Rp64,9 triliun, dan jika defisit 2,0 persen SUN netto menjadi Rp75,9 triliun "Sejak Januari hingga april banyak beberapa kejadian yang perlu dibuat anggaran untuk biayai masalah mendesak; pertama, banjir di Jakarta; kemudian berbagai masalah bencana alam; ketiga, rehabilitasi dan rekonstruksi Klaten dan Yogyakarta; keempat, ada Perpres soal lumpur Sidoarjo dimana pemerintah harus bangun kembali berbagai infrastruktur yang terkena dampak; kelima, subsidi listrik PLN; dan keenam, yang berhubungan dengan program stok pangan 2 juta ton. Enam program ini yang akan menambah defisit," kata Menkeu. Dalam APBN 2007, pembiayaan defisit 1,1 persen atau Rp40,6 triliun akan dilakukan melalui penerbitan SUN bruto Rp66,7 triliun, dan netto Rp40,6 triliun. Sedangkan melalui setoran dividen ditargetkan Rp14,462 triliun, privatisasi Rp2 triliun dan penjualan aset PPA Rp1,5 triliun. Menkeu menambahkan, untuk mendanai defisit itu, pasar SUN harus dibuat lebih dalam (deep) dan lebih likuid, misalnya melalui penunjukkan 18 agen utama (primary dealers) yang membuat transparansi harga semakin baik. "Makanya program kemarin tetap konsisten untuk mempercepat dan meningkatkan kemampuan dari pasar dalam negeri untuk menyerap SUN secara stabil, " katanya. Indikasi posisif lainnya, stabilnya peningkatan volume dan frekwensi perdagangan harian serta "yield curve" (kurva imbal hasil) yang semakin turun dan "yield spread" (pembagian imbal hasil) yang semakin tipis. "Seluruh manajemen utang berjalan baik bila ditopang dengan kebijakan makroekonomi yang baik, oleh karena itu menjaga kebijakan makroekonomi yang kredibel dan konsisten itu sangat penting. Sektor riil diharapkan sudah mulai berjalan dengan berbagai kebijakan pemerintah. Dan dari sisi indikator inflasi, nilai tukar, suku bunga akan dijaga dengan kisaran yang gejolaknya seminimal mungkin," katanya. Sementara itu, Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto mengatakan pihaknya optimis akan dapat memenuhi seluruh target-target tersebut "Pasar obligasi kita juga sudah semakin kuat daya tahannya terhadap gejolak. Pada akhir Februari, terjadi `mini shock` karena misalnya ada gejolak di pasar regional akibat yang terjadi di China. Dan minggu lalu, dengan tidak diturunkan BI Rate, ini sama sekali tidak mempengaruhi kinerja pasar sekunder obligasi negara kita," katanya. Menurutnya, hingga Maret jumlah penerbitan SUN hanya di pasar domestik saja telah mencapai kira-kira 30 persen dari target. "Bila kita perhitungkan juga hasil penerbitan global bond, maka target penerbitan itu sudah mencapai lebih dari 50 persen. Sekitar 55 persen. Padahal kita masih punya waktu yang cukup lama. Jadi saya optimis sekali target penerbitan untuk menutup tambahan defisit itu akan tercapai dengan baik," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007