Moskow (ANTARA News) - Partai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin unggul dalam pemilihan umum parlemen berdasarkan hasil sementara pada Senin, namun rendahnya partisipasi pemilih menunjukkan lemahnya antusiasme publik pada para elit 18 bulan menjelang pemilihan umum presiden selanjutnya.

Partai United Russia yang sedang berkuasa unggul dengan perolehan suara 51 persen dalam pemungutan suara Minggu menurut komisi pemilihan umum pusat setelah menghitung seperempat hasil pemungutan suara.

Kemenangan dalam pemilu terbaru akan memungkinkan partai bentukan Putin itu meneruskan dominasi mereka di majelis rendah Rusia atau Duma. Sebuah jajak pendapat juga menempatkan United Russia sebagai pemenang dalam pemilihan itu.

Saat berbicara dengan staf kampanye United Russia beberapa menit setelah tempat pemungutan suara tutup pada Minggu malam, Putin menyebut kemenangan partainya menunjukkan bahwa pemilih masih mempercayai kepemimpinannya di tengah perlambatan ekonomi yang diperparah oleh sanksi negara-negara Barat terkait Ukraina.

"Kita bisa katakan dengan pasti bahwa partai mencapai hasil sangat bagus; menang," kata Putin di markas United Russia, tempat dia tiba bersama dengan sekutunya Dmitry Medvedev, yang menjabat perdana menteri dan pemimpin partai.

"Kami bisa dengan yakin menyatakan bahwa partai kami telah meraih hasil yang sangat bagus. Kami menang," kata Putin di kantor pusat United Russia bersama Perdana Menteri Dmitry Medvedev.

Tentang perekonomian yang diperkirakan menyusut sedikitnya 0,3 persen tahun ini, Putin mengatakan: "Kami tahu kehidupan sedang sulit bagi rakyat, ada banyak masalah, dan banyak masalah yang belum terselesaikan. Meski demikian, kita mencapai hasil ini."

Partai-partai lain memperoleh suara jauh di bawah United Russia, yang mengamankan 49 suara dalam pemilihan terakhir Duma tahun 2011.

Menurut perhitungan sementara, partai populis LDPR menempati urutan kedua dengan perolehan suara 15,1 persen, Partai komunis di tempat ketiga dengan 14,9 persen, diikuti partai kiri-tengah Just Russia yang memperoleh 6,4 persen.

Ketiga partai itu cenderung sepihak dengan United Russia dalam beberapa isu di parlemen dan menghindari kritik langsung ke Putin.

Ada beberapa laporan penyimpangan dalam pemungutan suara. Beberapa wartawan Reuters di satu tempat pemungutan suara di Mordovia menyaksikan yang sudah memberikan hak suara kembali lagi untuk menggunakan hak pilih kemudian.

Namun ketua komisi pemilu menyatakan bahwa tidak ada bukti adanya kecurangan dalam skala besar.


Partisipasi Rendah

Pejabat komisi pemilihan umum dua jam sebelum penutupan bilik pemungutan suara pukul 18.00 menyatakan tingkat partisipasi pemilih tercatat hanya sekitar 39,4 persen, turun jauh dari pemilihan umum parlemen sebelumnya yang mencapai 60 persen.

Ada beberapa bukti pemilih apatis pada Minggu, ketika orang-orang pergi ke tempat pemungutan suara di seluruh Rusia.

Seorang pengemudi taksi di Ufa, hanya sekitar 1.350 kilometer di utara Moscow, mengatakan kepada wartawan Reuters bahwa menggunakan hak pilih seperti "kencing di toilet mampet."

"Buat apa?" kata pria yang mengaku bernama Ilysh.

Yan Gaimaletdinov mengatakan dia sengaja merusak surat suara ketika berada di bilik pemungutan suara di Knyazevo, dekat Ufa.

"Saya tidak memilih siapapun," katanya seperti dikutip Reuters.

Menanggapi rendahnya partisipasi pemilu, Putin mengakui bahwa partisipasi pemilih memang "tidak setinggi pemungutan suara sebelumnya, tapi masih tetap tinggi."

Putin, yang telah 17 tahun berkuasa di Rusia sebagai perdana menteri dan presiden, hingga kini masih menjadi tokoh terpopuler di Rusia dalam sejumlah jajak pendapat. (Uu.G005)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016