"Itu biasa saja, kan tidak selamanya keluar, ada saatnya asing masuk ada saat investor asing keluar tergantung sentimennya," ujar Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hasyarbaini di Jakarta, Jumat.
Saat ini, menurut dia, yang sedang menjadi isu utama baik di pasar saham domestik maupun global yakni kenaikan suku bunga acuan bank Amerika Serikat (Fed fund rate). Selain itu, kondisi ekonomi Tiongkok yang juga belum membaik turut menambah sentimen negatif.
"Investor akan mencari tempat terbaik dalam menempatkan investasinya agar asetnya tidak tergerus. Investor akan cenderung mengurangi posisinya pada aset yang memiliko risiko tinggi," katanya.
Berdasarkan data BEI disepanjang pekan ini atau periode 13-16 September 2016 tercatat, pelaku pasar saham asing membukukan jual bersih atau "foreign net sell" sebesar Rp1,887 triliun. Sementara pada periode sebelumnya (5-9 September 2016), investor asing juga mencatatkan jual bersih sebesar Rp813,6 miliar.
Namun, jika diakumulasi sejak awal tahun hingga 16 September 2016, investor asing di pasar saham domestik masih tercatat beli bersih sebesar Rp34,68 triliun.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa nilai tukar rupiah yang masih dalam area pelemahan menjadi salah satu sentimen negatif yang membuat para pelaku pasar saham cenderung melakukan aksi jual.
Ia mengharapkan bahwa sentimen positif dari data neraca perdagangan yang surplus serta terus meningkatnya dana repatriasi amnesti pajak dapat menjaga stabilitas rupiah sehingga turut berdampak positif terhadap fluktuasi IHSG BEI.
Badan Pusat Statistik merilis data neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 293,6 juta dolar AS pada Agustus 2016, dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar 921,3 juta dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak hingga 15 September 2016 memperlihatkan dana repatriasi dan harta yang diungkapkan jumlah repatriasi mencapai Rp14,09 triliun, dari keseluruhan total dana repatriasi maupun harta bersih dari luar negeri sebesar Rp103,16 triliun.
Analis Riset Forextime, Lukman Otunuga mengatakan bahwa Indonesia yang merupakan salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara masih dinilai menarik bagi investor asing, sehingga potensi untuk kembali menempatkan dananya di Indonesia masih terbuka.
"Program amnesti pajak masih menjadi harapan peningkatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia ke depannya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016