Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat sore bergerak menguat sebesar 57 poin menjadi Rp13.128 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.185 per dolar AS .

"Komentar-komentar yang berlawanan dari sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat tentang jadwal peningkatan suku bunga AS menciptakan ketidakpastian yang membuat dolar AS melemah," kata Research Analyst Forextime Lukman Otunuga di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan bahwa pelemahan dolar AS juga seiring dengan data penjualan ritel Amerika Serikat menurun, data itu membantu pelaku pasar untuk meninjau peluang peningkatan suku bunga AS pada September ini.

"Optimisme terhadap langkah bank sentral AS menaikan suku bunga cenderung rendah mengingat sejumlah data ekonomi AS yang baru dirilis masih melambat," katanya.

Menurut Departemen Perdagangan Amerika Serikat, perkiraan awal penjualan ritel AS untuk Agustus mencapai 456,3 miliar dolar AS, turun 0,3 persen dari bulan sebelumnya.

Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus menambahkan bahwa data penjualan ritel Amerika Serikat yang menurun mengindikasikan berkurangnya daya beli kekuatan belanja konsumen yang telah menopang perekonomian.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa fokus pasar akan beralih ke data inflasi Amerika Serkat mengingat inflasi merupakan salah satu acuan bagi bank sentral AS untuk menaikkan suku bunganya.

"Inflasi AS diperkirakan naik 0,1 persen di bulan Agustus, sementara inflasi inti naik 0,2 persen, rilis data yang lebih tinggi dari perkiraan berpotensi meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga yang dapat menguatkan dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.131 dibandingkan hari sebelumnya Rp13.190.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016