Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ), Selasa, rawan koreksi karena secara teknikal sudah `overbought` (jenuh beli). "Secara teknikal pasar sudah 'overbought', sehingga rawan koreksi," kata Analis Riset PT Panin Capital, Luki Aryatama, di Jakarta, Selasa. Menurut Luki, indeks naik sudah cukup tinggi, sehingga rawan terhadap penurunan. Namun, secara makro ekonomi belum ada yang dapat mendorong IHSG untuk turun. Dia juga mengungkapkan kondisi pasar saham global dan regional juga akan mempengaruhi perdagangan saham di BEJ. Bursa Wall Street yang ditutup bervariasi tadi malam dan Bursa Tokyo dibuka melemah akan mempengaruhi perdagangan di BEJ. Pada penutupan semalam, Indeks saham blue-chip Dow Industrials naik 8,94 poin atau 0,1 persen menjadi 12.569,14 dan indeks S&P 500 bertambah 0,85 poin atau 0,1 persen menjadi 1.444,61 keduanya ditutup di posisi tertinggi mereka sejak 26 Februari, sehari sebelum pasar saham global dilanda aksi jual. Namun indeks komposit Nasdaq turun 2,16 poin, atau 0,1 persen menjadi 2.469,18. Sementara pada awal perdagangan saham di Tokyo, indeks Nikkei-225 turun 81,98 poin atau 0,46 persen menjadi 17.661,78. Indeks Topix idari kelompok saham papan utama di Bursa Efek Tokyo (TSE) turun 7,51 poin atau 0,43 persen menjadi 1.730,59. Melemahnya Bursa Tokyo ini diikuti perdagangan saham di BEJ pada 10 menit pertama IHSG mengalami penurunan 0,782 poin atau 0,049 persen menjadi 1.913,686 dan Indeks LQ45 menurun 0,014 poin atau 0,001 persen ke posisi 411,511. Turunnya IHSG ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung pada saham pertambangan seperti Aneka Tambang (ANTM), Internasional Nickel (INCO), Pertambangan Batubara Bukit Asam (PTBA) yang sebelumnya mengalami kenaikan. Saham ANTM pada awal perdagangan terkoreksi Rp150 ke posisi Rp14.550, INCO anjlok Rp400 di level Rp59.500 dan PTBA melemah Rp25 menjadi Rp3.525. (*)

Copyright © ANTARA 2007