Ini seharusnya sudah bisa menghasilkan listrik pada tahun 2018. Hanya saja, perizinan geothermal (PLTPB, red.) sangat banyak."
Purwokerto (ANTARA News) - Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, oleh PT Sejahtera Alam Energy (SAE) mundur dari target yang direncanakan, kata Project Committee PT SAE Paulus Suparmo.
"Ini seharusnya sudah bisa menghasilkan listrik pada tahun 2018. Hanya saja, perizinan geothermal (PLTPB, red.) sangat banyak," katanya usai Sosialisasi Panas Bumi di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Dalam hal ini, dia mengaku sempat terkendala perizinan sehingga baru efektif melakukan pembongkaran hutan pada akhir bulan Agustus 2015.
Padahal, kata dia, pihaknya memiliki wilayah kerja pertambangan (WKP) sejak bulan September 2011.
Ia mengakui proses perizinan saat itu masih sulit namun sejak tahun 2015 semakin mudah.
Lebih lanjut, Paulus mengatakan pengeboran sumur panas bumi baru akan dimulai pada bulan September 2017 dan saat ini sedang dilakukan pembangunan infrastruktur dari wilayah Kabupaten Brebes menuju Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Menurut dia, pengeboran sumur itu akan dimulai dari wilayah Cilongok atau bergeser dari rencana semula di Brebes karena pihaknya akan memanfaatkan panas bumi dari dapur tua magma Gunung Slamet yang berada di wilayah itu.
Dalam hal ini, kata dia, pengeboran sumur akan dilakukan hingga kedalaman 5.000 meter di bawah permukaan laut namun masih berada di atas dapur magma sehingga tidak akan mempengaruhi ketersediaan air permukaan.
"Rencananya tiga sumur. Satu sumur membutuhkan waktu tiga bulan," jelasnya.
Setelah pengeboran sumur selesai, kata dia, pihaknya membuat "feasibility study" atau studi yang bertujuan untuk menilai kelayakan implementasi sebuah bisnis sehingga nantinya akan diketahui berapa megawatt listrik yang bakal dikembangkan dan posisi penempatan turbinnya di mana.
Kendati demikian, dia mengatakan setelah selesai eksplorasi tidak serta merta bisa langsung eksploitasi karena harus melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar satu tahun.
Oleh karena itu, dia memperkirakan produksi listrik baru dapat dilaksanakan pada tahun 2022.
Ia mengatakan dalam pembiayaan pembangunan PLTP Baturraden, pihaknya menggandeng STEAG Energy Services GmbH dari Jerman karena nilai investasinya sangat besar.
Menurut dia, berdasarkan asumsi, setiap 1 megawatt membutuhkan investasi senilai 4,5 juta-5 juta dolar Amerika Serikat.
Dengan demikian, kata dia, jika pada awal produksi sebesar 110 megawatt, dana yang dibutuhkan mencapai 550 juta dolar Amerika.
"Sebagai contoh, untuk membuat satu sumur saja, mencapai 10 juta-11 juta dolar Amerika Serikat dan membangun infrastruktur senilai 60 juta dolar Amerika Serikat. Investasinya memang sangat besar," jelasnya.
Sementara untuk teknologi yang akan digunakan dalam produksi listrik, kata dia, pihaknya kemungkinan besar akan menggunakan teknologi Jepang.
"Biasanya Jepang tidak mau masuk di awal atau saat eksplorasi, dia maunya pada saat mau eksploitasi sehingga akan bawakan turbin, tentunya dengan pinjaman yang lebih lunak," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Banyumas, Sigit Widadi mengatakan PT SAE sebelumnya melakukan eksplorasi di Kabupaten Brebes.
"Namun karena potensi panas bumi ada di selatan Gunung Slamet, maka eksplorasi dialihkan ke Banyumas," katanya.
Sebelum melaksanakan eksplorasi di wilayah Banyumas, kata dia, akam dilakukan pembangunan infrastruktur menuju lokasi dengan melalui Desa Sambirata, Karangtengah, dan Gununglurah, Kecamatan Cilongok.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016