Peperangan di negara-negara Arab adalah masalah utamanya

Mekkah (ANTARA News) - Para pengusaha katering Arab Saudi yang melayani jemaah haji tahun ini harus merugi akibat turunnya jumlah haji, selain karena mereka yang datang juga membawa lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.

Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa jumlah haji tahun ini sekitar 1,86 juta orang yang 1,3 juta di antaranya datang dari luar negeri atau turun jauh dibanding tahun-tahun sebelumnya yang sempat mencapai angkat tiga juta orang.

Jumlah haji dari luar negeri tahun ini turun 20 persen, sementara dari dalam negeri anjlok 50 persen, kata Marwan Abbas Shaaban, kepala Komite Nasional untuk Haji dan Umrah.

Sebagai akibatnya, bisnis terkait haji pun turun sekitar 50 persen, kata dia.

Mereka yang menunaikan ibadah haji tahun ini relatif hanya memiliki sedikit uang untuk dibelanjakan, kata Ali al-Hirabi, penjual perhiasan emas di Mekkah.

"Mereka datang, tapi situasinya tidak seperti pada masa-masa damai. Peperangan di negara-negara Arab adalah masalah utamanya," kata dia.

Arab Saudi dan banyak negara-negara sekitar kini tengah mengalami masa sulit akibat jatuhnya harga minyak dunia. Mereka harus memotong anggaran negara, menurunkan upah, serta mengurangi belanja perang di Timur Tengah.

Otoritas setempat memberikan alasan yang berbeda-beda mengenai turunnya jamaah haji ini. Salah satu alasan yang jelas adalah boikot dari Iran yang memprotes standar keamanan dari Arab Saudi untuk para jamaah.

Mereka menunjuk insiden saling injak pada tahun lalu yang menewaskan setidaknya 2.070 orang.

Shabaan mengatakan Iran hanya menyumbang tujuh persen dari jamaah asing sehingga absennya mereka tidak terlalu berpengaruh besar.

"Selama tiga tahun terakhir, kami terus mengurangi jumlah haji karena ekspansi dua masjid suci dan perbaikan infrastruktur besar-besaran," kata dia sambil menambahkan beberapa faktor lain seperti "kondisi politik di sejumlah negara dan situasi ekonomi."

Perang di Suriah, Irak, Yaman, dan Libya--yang berkontribusi pada penurunan jamaah pada tahun-tahun lalu--kini terus memburuk. Sebagian besar warga di negara-negara itu kini terjebak di tengah kepungan perang.

"Tentu saja ada dampak pada perekonomian Arab Saudi, namun sektor swasta berkesempatan besar untuk berinvestasi sekarang," kata wali kota Mekkah Osama bin Fadl Al-Bar seperti dikutip Reuters.

(G005)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016