Dili, Timor Timur (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) sekaligus calon kuat presiden Timor Timur, Jose Ramos Horta, menyatakan bahwa dirinya akan langsung ke Jakarta dan berbincang tentang banyak hal dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jika terpilih menjadi presiden. "Segera setelah mengucapkan sumpah jabatan sebagai presiden, saya langsung ke Jakarta. Banyak hal akan kami bicarakan, terutama kerjasama kedua negara, yang harus dipererat dari masa ke masa," katanya kepada ANTARA News di Dili, Timor Timur, Senin. Presiden Yudhoyono, katanya, beberapa hari lalu membalas pesan singkatnya lewat telepon genggam (Short Message Services/SMS). Dalam SMS antarkepala pemerintahan itu, katanya, Yudhoyono memberikan ucapan selamat atas pelaksanaan pemilihan umum negara itu, yang periode 1976-1999 menjadi provinsi ke-27 RI. Horta, yang diusung beberapa partai politik negara itu, menyatakan tidak ingin membicarakan besaran kemungkinan terpilih menggantikan Presiden Kay Ralla Xanana Gusmao untuk lima tahun mendatang. Sebagai kepala pemerintahan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemilihan presiden di negara muda itu, ia menyatakan, gembira bahwa semua proses pemilihan umum berjalan relatif baik di berbagai segi. Kalau pun ada gangguan, katanya, itu bersifat setempat di beberapa subdistrik dan tempat pemunguta suara, yang tidak mengganggu pelaksanaan pemilihan umum secara nasional. STAE, lembaga pengawas pemilihan umum, Senin siang melaporkan terjadi tekanan kejiwaan atas pemilih di kabupaten Covalima dan Suai, yang menjadi basis satu partai politik dengan ideologi sosialisme. Secara khusus, ia menyatakan penghargaannya atas sikap baik dan beradab masyarakat kabupaten Oikusi, yang mampu melakukan hak politiknya secara santun dan baik. "Mungkin, itu karena pengaruh sikap positif tetangganya di Nusa Tenggara Timur," katanya. Kabupaten Oikusi merupakan wilayah kantong (enclave) Timor Timur di wilayah Nusa Tenggara Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara. Wilayah itu dapat dicapai melalui darat dan laut. Horta, peraih Nobel Perdamaian 1996, mengharapkan pemerintah Indonesia segera membuka pintu perbatasan, yang sejak dua bulan terahir ditutup atas permintaannya sebagai kepala pemerintahan Timor Timur. "Secara khusus, saya akan membicarakan masalah seputar perbatasan, di antaranya pengadaan pasar bersama, kesepakatan tentang `pass` perbatasan, dan banyak hal lagi. Perbatasan menjadi penting, karena memengaruhi hajat hidup banyak sekali masyarakat kedua bangsa," katanya. Sejauh ini, katanya, pemerintah Indonesia agaknya belum memutuskan membuka kembali empat pintu perbatasan kedua negara itu, karena menunggu hasil pemilihan umum Timor Timur. Pintu perbatasan secara resmi ditutup sejak pekan ketiga Februari tahun ini menyusul kerusuhan akibat "pemberontakan" sejumlah tentara Timor Timur, yang dipecat pemerintahan Perdana Menteri Mari Alkatiri. Dengan pasar bersama dan wilayah perekonomian khusus di perbatasan, maka akan banyak sekali manfaat bisa dipetik, karena Indonesia senyatanya adalah negara tetangga paling dekat dengan Timor Timur, demikian Horta. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007