Hal ini terkait peningkatan daya saing industri pupuk dalam negeri"

Jakarta (ANTARA News) - PT Pupuk Indonesia mengharapkan harga gas 1-3 dolar AS per million British Thermal Units (MMBTU) agar ongkos produksi dapat ditekan lebih rendah dan harga pupuk dapat mendekati harga internasional.

"Bicara masalah gas yang khususnya untuk pupuk, gas saat ini relatif masih tinggi. Di kita 6-7 dolar AS. Harapannya 1-3 dolar," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (persero) Aas Asikin Idat di Jakarta, Selasa.

Aas mengatakan, beberapa negara pesaing seperti Tiongkok dan Amerika, memproduksi pupuk dengan harga gas 1-3 dolar AS per MMBTU.

Demikian disampaikan Aas usai bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Gedung Kemenperin, Jakarta.

Menurut Aas, industri pupuk menggunakan gas sebagai bahan baku produksi yang berkontribusi 70 persen terhadap seluruh biaya produksi.

Dengan harga gas 6-7 dollar AS yang diberikan, Pupuk Indonesia saat ini menjual pupuk seharga 250 dollar AS per ton, di mana harga internasionalnya mencapai 200 dolar AS per ton.

Sehingga, dengan harga gas 1-3 dolar AS per ton, maka harga pupuk yang dijual dapat lebih rendah 40-45 dolar AS per ton menjadi sekitar 210-215 dolar AS per ton.

"Hal ini terkait peningkatan daya saing industri pupuk dalam negeri," ungkap Aas.

Aas menyampaikan, Pupuk Indonesia saat ini memproduksi 12 juta ton pupuk per tahun, di mana 10 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sisanya diekspor ke Australia dan Asia Tenggara.

Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia Koeshartono mengatakan, untuk ekspor, Pupuk Indonesia memberikan harga yang sama dengan harga jual di dalam negeri, yakni 250 dolar per ton, lebih rendah dibandingkan harga yang dijual negara lain.

"Kami mengekspor itu kalau kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi. Dipilih kedua negara itu karena relatif lebih dekat, kan harga gas nya masih mahal," ungkap Koeshartono.


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016