Dili (ANTARA News) - Helikopter Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari Senin menerbangkan surat suara tambahan ke tempat pemungutan suara di pedalaman, yang kehabisan saat Timor Timur menjalani kesertaan tinggi dalam pemilihan presiden, kata pejabat setempat. Sekretariat Teknik Urusan Pemilihan Timor (STAE) menggambarkan pemungutan suara itu berhasil dan damai, dan menyatakan surat suara cadangan diperlukan di 14 dari 504 tempat pemungutan suara berdasarkan atas keterangan terahirnya. UNMIT (Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur) dan pasukan penjaga perdamaian antarbangsa membantu dengan menyediakan helikopter untuk tempat pemungutan suara, yang sulit dicapai, kata pernyataan STAE. Mereka melaksanakan empat "penerbangan bantuan gerak cepat untuk mengatasi kekurangan surat suara," kata badan setempat untuk urusan pemungutan suara tersebut. "Di balik yang sejauh ini merupakan hari berhasil dan damai pemungutan suara, dilaporkan terjadi kesertaan luar biasa dalam pemilihan presiden Timor Timur," katanya. STAE menyatakan 5.000 surat suara tambahan diperlukan di tempat pemungutan suara, yang kehabisan sarana pemilihan tersebut. "Di kantor pusat STAE di Dili, kelompok pemerintah didukung penasehat UNMIT mengirim lebih dari 5.000 surat suara cadangan tambahan ke tempat pemilihan, termasuk yang tak dapat dicapai lewat darat," katanya. Aturan pemilihan menyatakan rakyat masih antre untuk memberikan suara pada pukul 16.00 waktu setempat (14.00 WIB), ketika tempat pemungutan suara mulai tutup, boleh terus dan memberikan suara mereka begitu mereka menerima surat suara tersebut. Penghitungan berlangsung Senin malam untuk memilih pangganti mantan pemimpin gerilya berkarisma Xanana Gusmao, yang tidak ikut dalam pemilihan itu lantaran dirinya tidak bersedia untuk dipilih kembali, sekalipun memberikan sinyal berminat menjadi Perdana menteri (PM). Komisi pemilihan Timor Timur sebelumnya menyatakan "keadaan darurat" terjadi di tempat pemungutan suara di seluruh negara itu akibat kekurangan surat suara. "Terjadi keadaan darurat di semua daerah, karena antrian masih panjang, tapi surat suara habis," kata Martinho Gusmao, jurubicara Komisi Pemilihan Nasional. Komisi itu mengadakan pemilihan tersebut, pemilihan presiden pertama sejak negara miskin Timor Timur merdeka pada 2002 sesudah kerusuhan berdarah tiga tahun sebelumnya. Xanana Gusmao menang dala pemilihan umum pertama untuk jabatan presiden, yang sangat seremonial dan dipegangnya tepat sebelum kemerdekaan bermasalah Timor Timur. Kali ini, Xanana menggunakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara di dekat rumah pribadinya di kawasan Balibar, Kecamatan Kristu Rei, Dili, Senin pagi, dan mengharap presiden baru terpilih adalah yang mencintai rakyat. Xanana datang tempat pemungutan suara di sekolah dasar bantuan Australia itu bersama isterinya, Christie, dan ketiga anak lelakinya dengan pengawalan sekadarnya. Ia tampak tidak mendapat perlakuan istimewa dan langsung berdiri di dalam deretan pengantri, yang akan menunaikan hak politiknya. Di tengah penantian melakukan haknya itu, ia bersenda-gurau dengan rakyatnya, bahkan menggendong seorang bayi, yang dibawa salah seorang ibu. Perilaku presiden pertama Timor Timur itu jelas menggembirakan pengantri, yang datang sejak pukul 06.30 waktu Dili (04.00 WIB). Kepada ANTARA News, Xanana mengatakan, "Saya harapkan presiden baru bisa lebih mencintai rakyatnya. Presiden yang mau mengerti, mendengar dan memperjuangkan kepentingan rakyat lebih daripada kepentingan pribadi dan kelompoknya." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007