Jakarta (ANTARA News) - Pakar busana dunia memuji karya siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Banat, Kudus, Jawa Tengah, yang dipamerkan dalam peragaan busana kelas dunia "Asias Fashion Spotlight" di Hongkong, 7 hingga 10 September 2016.
"Karya busana yang mereka tampilkan ini sangat berbeda. Sangat berkelas dan canggih. Mereka menampilkan identitas yang sangat kuat dalam koleksi busananya," ujar Redaktur Majalah Focus, Alexander Geyman, dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Senin.
Siswa SMK yang terdiri dari Risa Maharani, Nafida Royyana, Rania, dan Nia Faradiska tersebut mengusung label Zelmira.
Geyman mengatakan koleksi busana paling berkelas dan tampil berbeda dibandingkan dengan berbagai merk internasional lainnya.
Editor majalah Focus on Shoes itu mengaku terkejut ketika mendapati bahwa desainer di balik koleksi Zelmira adalah para siswi tingkat sekolah menengah yang baru berusia 16-17 tahun.
Sebagai redaktur majalah busana dengan pengalaman yang panjang di industri fashion dunia, Geyman mengagumi koleksi busana yang kental dengan identitas dari mana mereka berasal. Melihat potensi dari keempat siswi SMK tersebut, Alexander mendorong mereka untuk terus berupaya menembus industri busana dunia.
"Saya sudah sering melihat peragaan busana di berbagai negara, termasuk koleksi busana bergaya Muslim. Namun apa yang mereka tampilkan ini berbeda. Tidak seperti desainer pada umumnya yang bergaya Eropa dan semua hampir sama karakternya," tambah dia.
Sejak hari pertama, koleksi busana Zelmira sukses memukau seluruh pengunjung yang hadir di Grand Hall Center Stage Hongkong.
Seluruh kursi dipenuhi para pembeli dan pedagang mancanegara. Berbeda dengan label fashion lainnya, koleksi busana Zelmira sangat lekat nuansa etnik dari budaya Indonesia. Tema Revive yang mereka usung terinspirasi dari Menara Kota Kudus yang bersejarah dan bangunan Gerbang Kudus Kota Kretek.
Kesempatan tampil dalam Asias Fashion Premiere ini tidak terlepas dari program dukungan yang diberikan Bakti Pendidikan Djarum Foundation bersama Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Ditali Cipta Kreatif.
Sebelum bertolak ke Hongkong, mereka terlebih dulu mendapatkan pendampingan secara intensif berkonsep inkubasi selama empat bulan dengan dimentori para desainer profesional dari IFC.
(I025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016