Dhaka (ANTARA News) - Jumlah korban meninggal dalam kebakaran di sebuah pabrik pengemasan rokok dan makanan di Bangladesh naik menjadi 29 orang pada Minggu, sementara para petugas pemadam kebakaran mulai menggali reruntuhan.
Jumlah korban meninggal diperkirakan masih akan bertambah karena lebih dari 10 orang masih hilang.
Usaha-usaha pencarian korban terganggu kepulan asap tebal, nyala api di beberapa bagian pabrik dan beberapa bagian bangunan yang runtuh setelah si jago merah berkobar dan membakar pabrik yang membuat pengemasan bahan untuk perusahaan-perusahaan lokal dan internasional pada Sabtu pagi.
"Masih ada kobaran api di beberapa bagian karena di pabrik itu banyak bahan kimia," kata Masudur Rahman, anggota senior dari regu pemadam kebakaran kepada kantor berita Reuters.
Kebakaran pada Sabtu itu merupakan peristiwa terburuk terkait dengan industri di Bangladesh sejak runtuhnya gedung Rana Plaza pada 2013 yang merenggut 1.135 jiwa. Para korban adalah pekerja pabrik pakaian jadi, dan menaikkan pertanyaan lebih lanjut mengenai rekor keamanan di tempat kerja negara itu.
"Kami belum tahu kapan pencarian akan dihentikan karena ini tugas besar," ujar Ajit Kumar Bhoumik, seorang petugas senior dari regu pemadam kebakaran. "Kami memerlukan lebih banyak ekskavator dan truk untuk membersihkan puing-puing. Kami juga memerlukan lebih banyak tenaga dan sumber-sumber lain."
Penyebab kebakaran di kawasan industri Tongi itu sekitar 20 km sebelah utara Dhaka, ibu kota Bangladesh, belum segera diketahui, tetapi para pejabat mengatakan keobocoran pipa gas dan ledakan boiler barangkali sebagai pemicunya, demikian Reuters melaporkan.
(SYS/M016)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016