Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Laut tetap menginginkan satu skuadron helikopter Mi-2 yang didatangkan dari Rusia, adalah barang baru.
"Keinginan kita kan tetap baru, tetapi semua tergantung pada perundingan selanjutnya," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Slamet Soebijanto, setelah menghadiri peringatan HUT ke-61 TNI Angkatan Udara di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, jika helikopter yang dibeli adalah barang baru maka kemampuan operasionalnya juga optimal untuk mendukung operasional TNI AL menjaga keselamatan dan kedaulatan negara.
Tentang kemungkinan TNI AL memilih helilkopter jenis lain, jika terbukti heli Mi-2 yang akan dibeli adalah barang bekas, Slamet mengatakan semua masih perlu dicek dan seluruh keputusan ada pada Departemen Pertahanan (Dephan).
Kontrak pengadaan helikopter Mi-2 itu ditandatangani pada 2002 dengan nilai 11,176 juta dolar AS untuk pembelian 16 unit heli Mi-2.
Uang sebesar 1,676 juta dolar AS telah dibayarkan diikuti dengan pengiriman dua heli sebagai
shipment pertama. Namun, dalam perkembangannya, PT Cerianaga Pertiwi sebagai agen yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya, bahkan calon penyandang dana/lender yakni Harmony Capital juga mengundurkan diri.
Akibatnya, program pengadaan heli itu tidak berjalan sesuai dengan rencana. Setelah berunding dengan pihak suplier yakni EDB Rostov Mil PLC, PT Novanindro International Ltd. sebagai agen baru menggantikan PT Cerianaga Pertiwi karena kurang kondusif. Sementara sebagai lender baru BNP Paribas menggantikan Harmony Capital Sdn Bhn, Malaysia.
Slamet menambahkan, helikopter Mi-2 terakhir kali dibuat 1992 sehingga tidak ada lagi yang baru. Dalam kontrak pertama memang disebutkan helikopternya
brand new. Setelah kontrak dengan Cerianaga gagal, dilakukan amendemen kontrak yang memuat deklarasi dari Rostov Mil bahwa helikopter tak lagi baru.
"Tetapi Rostov Mil menjamin, walaupun
airframe (rangka) lama, rotor (baling-baling) utamanya baru dengan mesin refurbish. Helikopter telah di-overhaul dan dijamin zero hour," kata Slamet.
Dua helikopter ternyata dikirim Cerianaga sebelum kontrak ditandatangani sehingga statusnya masih milik Rostov Mil. Satu helikopter lagi dikirim Novanindro setelah penandatanganan kontrak sehingga sah milik TNI AL. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007