Najaf, Irak (ANTARA News) - Ribuan pendukung tokoh agama garis keras Syiah Irak, Moqtada Sa-Sadr, Ahad waktu setempat, bersiap melancarkan pawai besar anti-AS Senin, saat peringatan keempat jatuhnya Baghdad, kata polisi. Kolonel Polisi Ali Jiraou mengkonfirmasi bahwa ribuan anggota gerakan Sadr berada di Najaf, sebelah selatan ibukota Irak, Baghdad, dan tindakan pengamanan dilakukan untuk melindungi mereka. Ratusan bendera Irak dikibarkan di atas bangunan pemerintah di Najaf dan di lapangan umum, kata seorang wartawan AFP. Unjuk rasa itu dijadwalka dimulai Senin waktu setempat di luar masjid Sadr di Kufa dan bergerak memasuki kota suci kembar Syiah, Najaf, kata seorang pejabat yang tak ingin disebutkan jatidirinya di kantor As-Sadr. Ia mengatakan ribuan simpatisan As-Sadr sedang dalam perjalanan ke Najaf untuk bergabung dalam demonstrasi itu untuk menentang pendudukan pasukan asing pimpinan AS atas Irak. "Ini akan menjadi demonstrasi rakyat Irak atas nama semua rakyat Irak. Kami akan mengibarkan bendera Irak dan juga spanduk yang menuntut kaum pendudukan pergi," katanya. Oudha Mohammed, seorang wakil As-Sadr di kota Syiah, Basrah, di Irak selatan, mengatakan ribuan warga telah pergi ke Najaf menyusul seruan As-Sadr untuk berdemonstrasi menentang pendudukan. Jurubicara bagi Gubernur Najaf, Ahmed Duaibil, mengkonfirmasi bahwa satu komite gabungan pendukung As-Sadr dan pemerintah provinsi direncanakan dibentuk guna menjamin keselamatan pengunjuk rasa. Pada 30 Maret, Sheikh Abdul Hadi Al-Muhamadawi, yang berbicara atas nama As-Sadr di Kufa, mendesak rakyat Irak agar melancarkan protes pada 9 April, peringattan keempat jatuhnya Baghdad dan tergulingnya mantan presiden Saddam Hussein. As-Sadr, yang milisi Tentara Mahdinya dicap sebagai unsur paling berbahaya di Irak oleh Pentagon dan yang dipercaya oleh pemerintah Amerika telah pergi ke Iran, sejak dulu selalu menuntut agar tentara AS meninggalkan Irak. "Untuk mengakhiri pendudukan, anda harus keluar dan berdemonstrasi," kata As-Sadr --yang menuduh pasukan AS dengan sengaja menyulut bentrokan antar-kelompok di Irak-- dalam suatu pernyataan. As-Sadr, yang telah menghindari sikap keras, menyeru milisi Tentara Mahdinya dan pasukan keamanan Irak untuk menghentikan pertempuran di kota bergolak Diwaniya dan berhenti menjadi boneka pasukan AS, yang dikatakannya telah menyulut bentrokan antar-kelompok. Pasukan AS dan Irak telah bentrok dengan anggota milisi di Diwaniya sejak dilancarkannya operasi Jumat guna merebut kekuasaan kota di Irak selatan tersebut dari Tentara Mahdi. Pentagon menyatakan milisi itu adalah "ancaman terbesar bagi perdamaian di Irak". Brigadir Qassim Moussawi, jurubicara bagi operasi keamanan AS-Irak di Baghdad, mengatakan larangan lewatnya kendaraan selama 24 jam direncanakan diberlakukan di ibukota Irak mulai pukul 05:00 waktu setempat (08:00 WIB) Senin. "Akan ada protes yang menandai peringatan keempat. Kami tak ingin memberi pelaku teror kesempatan untuk memanfaat peluang ini," kata Moussawi. Walikota Mahmudiya, Muaid Al-Amiri, mengatakan bom mobil telah menewaskan 17 orang di kota kecil tersebut, 30 kilometer sebelah selatan Baghdad. Bom mobil itu ditujukan ke bengkel industri dan merusak banyak bagian satu bangunan berlantai tiga. Banyak toko yang lebih kecil ikut rusak. "Kami bertiga dan seorang anak laki-laki sedang duduk di dalam toko untuk menjual suku-cadang mobil, ketika terjadi ledakan yang sangat kuat. Puing-puing dari atap jatuh menimpa saya," kata seorang pria yang mengaku bernama Sadeq, saat ia terbaring di satu tempat tidur rumah sakit di kota kecil tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007