Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memastikan bahwa ketersediaan energi dalam jumlah yang memadai dan harga yang bersaing mampu mendukung pertumbuhan industri nasional.
Pasalnya, energi merupakan komponen vital bagi industri untuk bahan baku maupun bahan bakar dalam proses produksi.
“Oleh karena itu, diperlukan penyediaan energi baik yang bersumber dari listrik, gas maupun batubara,” tegas Airlangga lewat siaran pers di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan hal itu usai menggelar pertemuan antara Kementerian Perindustrian dengan Dewan Energi Nasional (DEN) untuk Sosialisasi Materi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di Bidang Perindustrian.
Sebagai gambaran, jenis energi yang dibutuhkan industri pada tahun 2015, yakni untuk listrik sebesar 76.187 GWh, gas sebesar 505.141 MMBTU, dan batubara sebesar 35 juta ton. Sedangkan, proyeksi pada tahun 2020, kebutuhan listrik mencapai 123.554 GWH, gas mencapai 621.712 MMBTu, dan batubara mencapai 45 juta ton.
Menurut Airlangga, sumber daya energi merupakan modal untuk pembangunan, modal dasar sebagai efek berganda, serta mewujudkan pengembangan wilayah dan pemerataan ekonomi. “Maka, apabila harga gas kita dapat kompetitif seperti negara lain, kami yakin industri nasional mampu bersaing di pasar global,” tuturnya.
Airlanggapun meminta kepada kementerian dan lembaga yang tergabung dalam DEN untuk memperkuat komitmen bersama dalam mengimplementasikan RUEN.
Apalagi, Presiden telah menyetujui RUEN pada Sidang Paripurna ke-3 DEN di Kantor Kepresidenan, 22 Juni 2016.
“Kami akan melaksanakan pokok-pokok program sektor industri sesuai RUEN tahun 2016-2050,” tegas Airlangga. Salah satu pokoknya adalah peningkatan nilai tambah sumber daya energi sebagai bahan bakar serta bahan baku industri nasional.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, antara lain membangun dan meningkatkan kapasitas industri petrokimia hulu berbahan baku gas untuk menyerap produksi gas dalam negeri.
Kemudian, meningkatkan pemanfaatan batubara untuk sektor industri dengan target mencapai 55,2 juta ton pada tahun 2025 dan 115 juta ton pada tahun 2050.
Selain itu, mengembangkan penerapan konversi batubara pada industri petrokimia untuk menghasilkan produk olefin dan amonia.
Pokok lainnya, peningkatan penyediaan energi untuk menunjang penyebaran dan pengembangan industri ke luar Jawa. Diharapkan, porsi pembangunan investasi industri pengolahan non migas Luar Jawa dengan Jawa menjadi 40 persen banding 60 persenpada tahun 2025, di mana pada 2010, penyebaran industri di Jawa sebesar 75 persen.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain menetapkan prioritas untuk kawasan industri berkebutuhan energi tinggi berlokasi dekat dengan sumber daya energi. Misalnya, Kawasan Industri Teluk Bintuni segera dibangun industri petrokimia hulu untuk menyerap produksi gas tangguh.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016