Bangkok (ANTARA News) - Para turis Asia sudah mulai berpaling dari Thailand, statistik resmi memperlihatkan, sehingga memicu kekawatiran para pelancong mungkin menghindari kerajaan itu akibat ketegangan politiknya yang terus berlanjut.
Jumlah para turis yang datang dari Asia Timur turun dengan 7,3 persen dalam dua bulan pertama tahun ini, dibanding dengan periode yang sama pada 2006, Otoritas Turisme Thailand (TAT) mengatakan.
"Para turis Asia yang sensitif dari Jepang misalnya, lari ketakutan dari Bangkok disebabkan keamanan yang mengkawatirkan," kata Pornthip Samerton, direktur pelaksana agen perjalanan Destination Asia.
Angka TAT menunjukkan penurunan umum pada Februari diantara para turis dari seluruh dunia, saat kedatangan keseluruhan turun enam persen dari Januari. Kedatangan masih agak naik dari tahun sebelumnya.
Porntip mengatakan bahwa banyak turis mungkin telah mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka menyusul ledakan bom mematikan Malam Tahun Baru di Bangkok yang menewaskan tiga orang dan melukai lusinan lainnya.
Sejak itu, sejumlah kedutaan besar asing menaikkan peringatan perjalanan menuju Bangkoknya, menyebut ancaman ledakan lebih banyak lagi.
Junta merampas kekuasaan
Sementara itu, pemberontakan kaum separatis di Thailand bagian selatan meningkat tajam, dan junta yang merampas kekuasaan dalam suatu kudeta September lalu mengancam akan memberlakukan keadaan darurat di Bangkok guna meredam unjukrasa politik.
"Sesudah peledakan bom, situasi politik dan pemberontakan di selatan menambah kekawatiran para turis. Sementara itu, perubahan regulasi menyangkut investasi asing berpengaruh pada kedatangan bisnis," kata juru bicara TAT, Chattan Kunjara na Ayudhya.
Investasi asing telah merosot sejak Bangkok Thailand menerapkan kontrol mata uang ketat Desember, dan pemerintah pada Januari mengusulkan pengetatan peraturan bisnis asing.
"Faktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan kedatangan, dan mereka dari Asia tidak mencapai target kami," ia mengatakan kepada AFP.
Turisme adalah pemutar uang utama bagi Thailand, menghasilkan sekitar enam persen dari produk domestik bruto.
Konsultan turisme yang berbasis di Las Vegas Globalyis mengatakan bahwa Thailand mungkin masih berharap akan mengalami kenaikan 8,0 persen kedatangan keseluruhan tahun ini menjadi 14,9 juta -- dengan anggapan tidak ada lagi kekacauan politik.
"Insiden lebih lanjut apapun di ibukota negara itu atau tujuan wisata populer lain dapat memicu kepanikan dan menghalau banyak turis yang mungkin mengkawatirkan keselamatan mereka," konsultan itu mengatakan dalam sebuah makalah belakangan ini.
"Secara tradisional di wilayah itu, pendapatan turisme secara langsung terkait dengan stabilitas politik," Globalyis memperingatkan.
"Berkurangnya investasi asing dapat mengakibatkan Thailand kalah dalam pengembangan turisme di tahun-tahun mendatang dari tetangganya yang lebih kompetitif di wilayah itu," tambahnya.
Di Asia Tenggara telah terjadi peningkatan persaingan memperebutkan dolar turis terutama diantara Malaysia, Vietnam, Singapura dan Hong Kong.
Kelompok-kelompok turisme juga telah memperingatkan bahwa Thailand dapat mengalami penurunan 10 persen dari perkiraan pendapatan turisme tahunannya sekitar 800 miliar baht (22,85 miliar dolar) dikarenakan usulan untuk memperketat peraturan penjualan alkohol.
Rencana undang undang, yang menunggu pengesahannya dari parlemen bentukan militer, melarang penjualan alkohol dalam jarak 500 meter dari sekolahan, kuil dan kantor-kantor pemerintahan.
Itu akan menghalangi banyak bar dan restoran menjual alkohol, yang berarti para turis mungkin membelanjakan uangnya lebih sedikit atau boleh segera berkemas ke negara tetangga, Federasi Asosiasi Turisme Thai mengatakan. (*)
Copyright © ANTARA 2007