Hal ini mengingat kemungkinan potensi konflik terbuka dan ketegangan akibat sejumlah aktivitas di kawasan Asia Tenggara.
"Kita memerlukan arsitektur keamanan kawasan yang kokoh, yang komprehensif, yang memajukan sentralitas ASEAN dan berkontribusi lebih efektif bagi keamanan dan stabilitas kawasan," ujar presiden saat menghadiri ‘retreat’ KTT ASEAN ke-29, di National Convention Centre (NCC), Vientiane, Laos, Rabu, seperti dalam keterangan tertulis Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.
Oleh karenanya, arsitektur keamanan nantinya diharapkan dapat mencapai tujuan hakiki yang tercantum pada 'Treaty of Amity and Cooperation' (TAC) dan East Asia Summit Bali Principles 2011.
Selain isu keamanan dan arsitektur kawasan, Presiden juga mengangkat pentingnya kerjasama maritim. ASEAN, lanjut Presiden, harus segera menerapkan komitmen kerja sama maritim yang telah disepakati pada pertemuan tingkat tinggi East Asia Summit (EAS) tahun 2015.
Presiden juga mencatat beberapa lokasi di laut memerlukan perhatian khusus masyarakat ASEAN. "Jangan sampai aksi kriminal di laut kita menjadi 'a new normal'. Saya mendorong agar kita tingkatkan kerja sama keamanan laut," imbuh Presiden.
Di akhir sambutannya, Presiden mengingatkan bahaya ekstremisme dan terorisme di Asia Tenggara. Untuk itu, dia meminta kepada semua kepala negara atau pemerintahan ASEAN untuk mengoptimalkan semua mekanisme ASEAN untuk memerangi ekstremisme terorisme.
"Kita harus ambil tindakan bersama dan perkuat keamanan rumah kita masing-masing," ucap Presiden.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016