Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu saat rapat kerja dengan Pelaksana Tugas Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta, Selasa mengatakan, patokan "lifting" minyak tersebut merupakan angka yang realistis.
"Asumsi dasar RAPBN 2017 ini ditetapkan dengan dasar realistis yang bisa dicapai," katanya.
Raker tersebut juga menyepakati "lifting" gas bumi sebesar 1,15 juta barel setara minyak per hari dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) sebesar 45 dolar AS per barel.
Selanjutnya, disepakati pula volume BBM bersubsidi 16,61 juta kiloliter yang terdiri dari minyak solar 16 juta kiloliter dan minyak tanah 610 ribu kiloliter, serta volume elpiji subisidi tiga kg sebesar 7,096 juta ton.
Kesepakatan "lifting" minyak tersebut lebih tinggi dibandingkan usulan pemerintah sebesar 780.000 barel per hari.
"Memang sulit, tapi kami akan jalankan kesepakatan lifting minyak 815.000 barel per hari," kata Luhut.
Salah satu ladang yang diandalkan mencapai target "lifting" minyak 815.000 barel per hari adalah Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang diharapkan mencapai produksi 200.000 barel per hari pada 2017.
Hasil kesepakatan yang dicapai dalam raker yang sempat diwarnai perdebatan cukup keras hingga menyebabkan rapat ditunda tersebut akan dibawa ke Badan Anggaran sebelum disahkan dalam sidang paripurna DPR.
Sementara, sejumlah asumsi dasar sektor ESDM lainnya yang akan dibahas dalam raker Komisi VII DPR dan Menteri ESDM selanjutnya antara lain besaran subsidi listrik, solar, dan energi baru terbarukan.
Sebelumnya, pada 16 Agustus 2016, saat menyampaikan pidato mengenai keterangan pemerintah atas RAPBN 2017 dalam rapat paripurna DPR, Presiden Joko Widodo mengusulkan ICP 45 dolar AS per barel serta "lifting" minyak dan gas bumi 1,93 juta barel setara minyak per hari yang terdiri atas minyak 780 ribu barel per hari dan gas 1,15 juta barel setara minyak per hari.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016