Analisis terhadap bukti-bukti uji coba--yang digelar di Amerika Serikat, Kanada, India, Jepang, Polandia, dan Inggris--menemukan bahwa konsumsi tablet vitamin D menurunkan resiko serangan asma akut, yang membutuhkan perawatan rumah sakit, sekitar tiga persen dari enam persen.
Adrian Martineau, profesor infeksi pernafasan dan imunitas di Universitas Queen Mary London yang juga memimpin proses analisis, mengaku gembira dengan bukti-bukti yang dihasilkan. Namun di sisi lain dia juga meminta semua orang untuk berhati-hati.
"Penemuan terkait serangan asma akut hanya muncul tiga kali dalam uji coba ini, di mana sebagian besar pasien adalah orang dewasa penderita asma ringan dan moderat," kata dia.
Uji coba dengan skala yang lebih besar masih dibutuhkan untuk kalangan anak-anak dan dewasa penderita asma akut untuk mengetahui apakah vitamin D juga bermanfaat bagi mereka," kata Martineau.
Hingga kini masih belum diketahui apakah dampak positif dari tablet vitamin D tersebut terjadi pada semua pasien uji coba, atau hanya bagi mereka yang mempunyai level vitamin D yang rendah, kata Martineau.
"Analisis lebih jauh untuk menyelidiki hal ini masih dilakukan dan hasilnya akan bisa dibaca publik pada beberapa bulan mendatang," kata dia.
Sementara itu Erika Kennington, kepala peneliti badan amal Asthma UK di Inggris, mengatakan bahwa penemuan tersebut menjanjikan masa depan yang cerah. Namun dia menegaskan masih perlu lebih banyak bukti untuk membuatnya sebagai kesimpulan sahih.
"Meningat banyaknya tipe asma yang berbeda, mungkin saja vitamin D tersebut hanya bermanfaat bagi beberapa orang dengan kondisi khusus, namun tidak berlaku bagi orang lain," kata dia.
Asma adalah penyakit kronis yang menimpa sekitar 300 juta orang dari berbagai belahan dunia. Beberapa gejala penyakit tersebut di antaranya adalah mengalami batuk, sesak dada dan sesak napas.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016