Jakarta (ANTARA News) - Analis pasar modal William Surya Wijaya menilai bahwa pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa hari terakhir yang cenderung mengalami tekanan lebih disebabkan oleh sentimen negatif eksternal.

"Ketidakpastian terhadap perubahan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate), fluktuasi harga komoditas, terutama minyak mentah dunia yang cenderung turun mempengaruhi pola gerak IHSG dalam beberapa hari terakhir ini," kata William Surya Wijaya yang juga analis dari Asjaya Indosurya Securities di Jakarta, Minggu.

Berdasarkan data BEI pada periode 29 Agustus hingga 2 September 2016 (sepekan), IHSG mengalami pelemahan sebesar 1,57 persen menjadi 5.353,46 poin dibandingkan pekan sebelumnya (22-26 Agustus 2016) di posisi 5.438,83 poin.

Sejalan dengan pelemahan itu, nilai kapitalisasi pasar BEI ikut mengalami penurunan sebesar 1,62 persen ke posisi Rp5.762,71 triliun dari Rp5.858,82 triliun sepekan sebelumnya.

Pada periode itu, investor asing melakukan aksi ambil untung di pasar saham domestik dengan mencatatkan jual bersih (foreign net sell) sebesar Rp2 triliun.

Meski demikian, di sepanjang tahun ini investor asing masih mencatatkan beli bersih Rp37,38 triliun.

Kendati demikian, William Surya Wijaya optimistis sentimen dari dalam negeri mengenai program amnesti pajak serta perekonomian nasional yang relatif masih kondusif akan menjaga pergerakan IHSG BEI untuk kembali bergerak di area positif.

"Sentimen dari dalam negeri tentang perkembangan pencapaian program pemerintah yaitu amnesti pajak serta perkembangan tingkat perekonomian yang terjaga stabil tentunya masih akan menopang IHSG," kata dia.

Di tengah sentimen domestik yang cukup kondusif, ia memproyeksikan rentang pergerakan IHSG BEI pada awal pekan depan (Senin, 5/9) akan berada pada level 5.324-5.458 dengan potensi kenaikan.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016