Yogyakarta (ANTARA News) - Usaha merevitalisasi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat membutuhkan pemikiran bersama agar tercapai tujuan, dan tetap berkembang tanpa kehilangan budaya. "Kraton dapat memberikan kesempatan menulis dua atau tiga halaman tentang upaya-upaya revitalisasi kraton," kata Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wiranegara, menantu Penguasa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X. Hal itu dikemukakan dalam sambutannya selaku wakil Sentono dalem, abdi dalem Kawedanan dan Abdi Dalem Keprajan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada Wiyosan Dalem (ulang tahun) Sri Sultan HB X yang ke 61 di Pagelaran Keraton, Sabtu malam. Dalam acara itu yang bertema Malam Bhakti bagi Ibu Pertiwi tersebut dihadiri para duta besar negara sahabat, pejabat di lingkungan DIY, spiritualis Anand Khrisna dan dimeriahkan oleh seniman kawakan, Idris Sardi, dan Butet Kertarajasa. KPH Wiranegara mengatakan, tulisan dari pihak-pihak yang menginginkan revitalisasi Keraton dapat menjadi masukan untuk revitalisasi itu sendiri. "Tulisan itu menjadi semacam `public hearing` terbatas yang memberi bahan sumber untuk revitalisasi," katanya. Sementara itu, Gusti Kanjeng Ratu Pambayun, istri KPH Wiranegara sekaligus putri pertama Sri Sultan HB X dalam sambutan mewakili keluarga mengatakan, perlunya upaya untuk menjadikan Kraton sebagai pusat budaya terkemuka dan pusat panduan tingkah laku masyarakat. Untuk memeriahkan acara tersebut, ditampilkan tarian Bedoyo Harjuno Wiwoho karya Mpu Kanwa usai pemotongan tumpeng ulang tahun Sri Sultan HB X itu. Sultan yang sampai kini menjabat Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, genap berusia 61 tahun pada 2 April 2007. Dalam acara itu Sultan HB X menerima penghargaan `Aku Bangga menjadi Bangsa Indonesia`. (*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007