Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.231, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.260 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina di Jakarta, mengatakan bahwa pergerakan dolar AS menjelang pengumuman data penggajian non pertanian cenderung melemah terhadap mata uang di kawasan Asia.

"Data itu menjadi sorotan utama pelaku pasar uang. Pelaku pasar cukup hati-hati mencermati data itu setelah manufaktur Amerika Serikat melambat pada bulan Agustus," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, koreksi dolar AS masih relatif terbatas mengindikasikan pelaku pasar masih mempertahankan ekspektasi akan ada kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebelum tahun ini berakhir.

"The Fed cukup hawkish pada kenaikan suku bunga acuannya," katanya.

Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova mengatakan bahwa data ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin (1/9) masih menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah untuk bergerak di area positif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi 0,02 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender mencapai 1,74 persen (year to date/ytd). Sementara Markit Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia pada Agustus naik ke level 50,4 dari 48,4 pada bulan sebelumnya.

"Sentimen domestik yang positif itu masih mempengaruhi fluktuasi mata uang domestik," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.261 dibandingkan Kamis (1/9) Rp13.269.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016