Jakarta, 2/9 (Antara) - Menyelamatkan profesi petani serta meningkatkan pendapatan mereka, merupakan impian Muhammad Zaid, alumni Rekayasa Hayati ITB. Proyek cacing yang dilakukan bersama sang dosen di ITB Bioengineering Fakultas SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) merupakan awal impiannya. Zaid kemudian mencoba mengejar impiannya dengan memilih Rancabali-Ciwidey sebagai tempat merintis wirausahanya.
Ciwidey adalah sebuah kecamatan di sebelah Selatan kota Bandung, Jawa Barat. Udara sejuk dan berkabut selalu menyelimuti Ciwidey. Kecamatan ini lebih banyak dikenal sebagai daerah wisata dan penghasil produk pertanian serta perkebunan. Di tempat inilah Zaid memulai proyek budidaya cacingnya.
Zaid menerangkan, proyek cacing ini membantu menambah penghasilan petani sekitarnya. Biasanya petani hanya mampu menyimpan uang saat musim panen saja, rata-rata hanya untuk memenuhi kebutuhan 2-4 bulan. Namun usaha yang dirintis Zaid ternyata bisa menambah dan menutupi kebutuhan hidup mereka.
Ternyata usaha ini terus berkembang, dan terus membesar. Zaid sudah menjadi founder dan owner dari bisnis budi daya cacing, profesi yang masih diremehkan banyak orang. Cacing-cacing yang dibudidayakan adalah jenis African Nightcrawler, Tiger dan Lumbricus rubellus. Cacing-cacing ini dibudidayakan di lahan-lahan yang dibuat seperti galengan. Dan karena menguntungkan, jumlah peternak cacing terus bertambah. Kandang ayam pun dialih fungsi menjadi kandang cacing. Proyek cacing makin unjuk gigi.
Sebenarnya beternak cacing pada awalnya hanya untuk kebutuhan sendiri. Hampir semua komoditas akuakultur dan unggas memanfaatkan cacing untuk meningkatkan daya tahan dan digestibility. Meski penggunaan cacing sebagai pakan belum meluas, Zaid tetap membuat demonstration plots di beberapa peternak pembibitan lele, udang vannmei, ikan patin, ikan hias, dan belut. Zaid memasarkan cacing secara langsung kepada para peternak tersebut.
Saat ini penyedia cacing hidup mulai bergerak ke peternak pembesaran lele di Pandeglang dan peternak belut di Bogor. Menurut Zaid, total cacing yang sudah terjual per bulannya berkisar 350 – 500 kg. Dari sekedar proyek kecil, kini Zaid dan peternak lainnya terus meluaskan lahan. Zaid sendiri telah berencana untuk membuka lahan baru di Cikampek dan akan bermitra dengan petani di Lembang.
Hasil proyek cacing Zaid menghasilkan bentukan hidup dan powder dalam kemasan. Zaid menjelaskan pemasaran powder dalam kemasan untuk pasaran ekspor mulai terbuka. Lumbricus powder mudah sekali ditelusur melalui Google. Siapa sangka proyek cacing yang bagi sebagian orang menjijikkan dan diremehkan, ternyata dapat mengantarkan Zaid menjadi seorang eksportir lumbricus powder! Semangat baja Zaid menuntunnya ke gerbang keberhasilan.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2016