Kupang (ANTARA News) - Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG) Klas I Kupang Sumawan mengatakan, gempa bumi di wilayah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur dipicu oleh aktivitas sesar lokal.
"Gempa bumi tektonik di wilayah Ruteng, Manggarai itu karena dipicu aktivitas sesar lokal," kata Sumawan kepada Antara di Kupang, Jumad terkait gempa bumi di Ruteng.
Wilayah Ruteng, NTT diguncang gempabumi tektonik pada Kamis (1/9) malam.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi dengan kekuatan M=3,0 Skala Richter. Pusat gempa bumi terletak pada 8,66 LS dan 120,45 BT, tepatnya di darat pada jarak 6 km selatan Kota Ruteng pada kedalaman 10 km.
Berdasarkan hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan, dampak gempa bumi berupa guncangan cukup kuat terjadi di daerah Ruteng, Lao, Rejeng, Kuwu, Deru, Wodo, Wado, Tando, dan Todo pada skala intensitas II SIG BMKG (III-IV MMI).
Beberapa warga dilaporkan sempat berlarian dan berhamburan keluar rumah karena guncangan yang tiba-tiba menyentak. Namun demikian hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempa bumi, kata Sumawan.
Menurut dia, jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Berdasarkan peta tatanan tektonik daerah NTT tampak bahwa di zona gempa bumi memang terdapat struktur sesar mendatar.
Catatan aktivitas gempa bumi BMKG menunjukkan bahwa, di Ruteng pernah terjadi gempa bumi kuat dengan magnitudo M=5,9 pada 6 Agustus 1982.
Gempa tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan bangunan rumah, gedung perkantoran, dan rumah sakit.
Selanjutnya pada 25 Maret 2003 di Ruteng juga kembali terjadi gempa bumi brekekuatan M=5,3 yang menyebabkan terjadinya kerusakan rumah di Ruteng dan Ende.
Menurut laporan gempa bumi ini selain merusak beberapa rumah juga menelan korban jiwa sebanyak empat orang dan sebanyak 20 orang menderita luka-luka, demikian Sumawan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016