Prospek ekonomi global masih lesu karena investasi yang lemah dan tren produktivitas suram, kata IMF dalam sebuah catatan untuk KTT para Pemimpin G20 yang dijadwalkan pada 4-5 September di Hangzhou, Tiongkoka.
Kurangnya reformasi struktural dan investasi publik, termasuk di antara anggota G20, merupakan alasan utama di balik pertumbuhan yang rendah, kata IMF.
Menurut IMF, 2016 akan menjadi tahun kelima berturut-turut dengan pertumbuhan PDB global di bawah rata-rata jangka panjang 3,7 persen (1990-2007).
Lembaga itu juga menunjukkan bahwa kurangnya tindakan kebijakan yang menentukan, telah memberikan kontribusi terhadap pelambatan dalam perdagangan internasional, yang pada gilirannya cenderung memiliki dampak negatif pada pertumbuhan.
IMF mengatakan bahwa pertumbuhan yang rendah dan turun seiring dengan meningkatnya ketidaksetaraan membuat lingkungan kebijakan yang menantang.
Selama 30 tahun terakhir, pendapatan yang mengalir ke penerima-penerima utama telah meningkat di sejumlah negara maju, sementara itu telah stagnan bagi mereka yang di bagian bawah, tambahnya.
Kesenjangan pendapatan yang melebar telah menyuarakan keprihatinan tentang globalisasi dan membuat iklim politik yang lebih menantang bagi reformasi, kata IMF.
"Pendulum politik mengancam untuk mengayun terhadap keterbukaan ekonomi, dan tanpa tindakan kebijakan yang kuat, dunia bisa mengalami pertumbuhan mengecewakan untuk waktu yang lama," kata Ketua IMF Christine Lagarde dalam sebuah posting blog yang menyertai catatan.
Pertumbuhan yang rendah, ketimpangan yang tinggi, dan kemajuan lambat pada reformasi struktural di antara isu-isu penting yang para pemimpin G20 akan bahas dalam pertemuan mereka di Hangzhou akhir pekan ini, kata Lagarde.
Dalam menanggapi fenomena anti-perdagangan, IMF meminta anggota G20 untuk membuat kebijakan merevitalisasi perdagangan dan sementara itu memastikan manfaat dari perdagangan dapat dibagi ke semua.
IMF juga mendesak anggota-anggota G20 untuk terus mengurangi biaya perdagangan dan mengurangi hambatan perdagangan guna mengembalikan peran perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016