Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.263, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.280 per dolar AS.
"Rupiah bergerak menguat seiring dengan data ekonomi Agustus 2016 yang mengalami deflasi, situasi itu memberi harapan akan adanya pelonggaran kebijakan di pasar keuangan domestik dalam rangka membantu pemulihan ekonomi," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi 0,02 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender mencapai 1,74 persen (year to date/ytd). Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 2,79 persen.
Ia mengatakan bahwa deflasi pada periode Agustus itu mendorong harapan target inflasi 2016 ini akan tercapai. Bank Indonesia menargetkan inflasi 4 persen dengan plus minus 1 persen.
"Dengan inflasi yang rendah maka potensi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI rate) kembali terbuka, situasi itu diharapkan dapat membuat yield di surat utang negara (SUN) kembali menarik sehingga memicu capital inflow," katanya.
Kendati demikian, ia mengakui bahwa maraknya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada September nanti masih membatasi apresiasi mata uang domestik.
"Sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat terkait Fed fund rate masih membayangi mata uang rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.269 dibandingkan hari sebelumnya (31/8) Rp13.300.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016